Jakarta (KabaSurau): Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang memiliki ancaman bencana alam maupun non-alam yang tinggi. Kejadian bencana tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur namun juga berdampak pada lembaga usaha.
Bencana secara nyata mengganggu keberlangsungan bisnis lembaga usaha. Hal tersebut disampaikan Plt Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Harmensyah dalam webinar dengan topik Ketahanan Bisnis: Konsep Dasar dan Penerapannya, Kamis (29/7/2021).
Harmensyah mengatakan banyak kejadian bencana di Indonesia yang menyebabkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) hancur dan sulit untuk pulih kembali.
“Ketahanan bisnis atau business continuity management (BCM) menjadi sangat penting agar lembaga usaha dapat segera pulih paska terjadinya bencana,” kata Harmensyah.
Ia juga mengatakan, apabila lumpuhnya lembaga usaha akibat dampak dari bencana tidak segera ditindaklanjuti, maka akan timbul masalah baru yang berkepanjangan.
Menurut dia, berdasarkan hasil survei cepat Asian Development Bank (ADB) menunjukkan, sebanyak 48,6 persen UMKM di Indonesia menutup usahanya akibat pandemi COVID-19.
Di sisi lain, Plt. Direktur Kesiapsiagaan BNPB, Pangarso Suryotomo mengatakan pada masa pandemi ini diperlukan pembaharuan strategi serta perubahan mindset agar lembaga usaha dapat bertahan.
“Konsep ketangguhan lembaga usaha meliputi bagaimana lembaga usaha melakukan kesiapsiagaan bencana, dapat bertahan saat terjadi bencana, serta pulih dengan cepat atau punya daya lenting yang tinggi setelah terjadinya bencana,” kata Pangarso.
Ia mencontohkan, dalam masa pandemi konsumen lebih peduli terhadap kebersihan dan Kesehatan, serta memilih untuk mengurangi mobilitas dengan tetap di rumah. Menurut Pangarso, digitalisasi proses bisnis menjadi salah satu strategi yang harus dilakukan UMKM saat ini.
Sementara itu, ahli BCM dari PT Bank Mandiri, Dwiyanto Sumarna menyatakan, manajemen keberlanjutan usaha atau BCM merupakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi dan mempersiapkan organisasi dari ancaman potensial internal maupun eksternal.
“Sehingga ketika terjadi ancaman, baik bencana alam maupun non-alam, bisnis tetap dapat berjalan dan pulih dengan cepat,” jelas Dwiyanto.
Sedangkan dalam kesempatan ini, Ketua Umum Artha Graha Peduli Heka Hertanto berbagi pengalaman mengenai upaya-upaya penanganan pandemi ini dalam perspektif kawasan.
Menurut dia, ada beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Artha Graha yaitu pelatihan dalam persiapan penanggulangan bencana khususnya COVID-19, diantaranya membangun rumah sakit lapangan dan latihan simulasi kebencanaan di kawasan SCBD.
Webinar yang dihadiri 190 peserta berasal dari lembaga usaha, BPBD dan sektor terkait lain merupakan seri pertama diskusi virtual menuju Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022.
Forum Lembaga Usaha PB Indonesia (ForluPBI) bersama BNPB dan USAID menyelenggarakan webinar ini dengan tujuan meningkatkan kapasitas lembaga usaha dalam menghadapi bencana dan membangun bisnis yang berkelanjutan.
Sumber: infopublik.id