Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Dalam menjalani kehidupan, kita akan melalui berbagai keadaan, kadangkala kita merasakan kenikmatan, namun di suatu waktu kita merasakan kesempitan di dalam hidup.

Hendaknya kita menyadari bahwasannya kesenangan maupun kesulitan adalah ujian yang diberikan Allah kepada kita. Dan yang terbaik di antara kita adalah yang mampu melewatinya sesuai dengan aturan di dalam syariat ini.

Namun tak jarang dari kita, yang ketika musibah terjadi, ia menyelesaikannya dengan cara yang keliru.

Misalnya, tatkala seseorang kesulitan dalam masalah ekonomi, ia menyelesaikannya dengan mencuri dan mengambil hak orang lain guna mencukupi kebutuhan hidupnya.

Tatkala seseorang kesulitan dalam menemukan jodoh, ia lebih memilih untuk datang ke dukun dibanding datang kepada seseorang yang dianggap shaleh untuk meminta dicarikan pasangan.

Oleh sebab itu, banyak di antara kita yang tetap merasakan kesedihan dan kesulitan karena terlalu menggantungkan kehidupan kepada manusia, dan meninggalkan ketergantungan kepada Allah Azza Wa Jalla

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata :

“Sepantasnya seseorang untuk memutuskan hubungan-hubungan dari makhluk. Dan hendaklah dia menggantungkan hati kepada Allah Azza wa Jalla dan mengharapkan dari-Nya kemuliaan, pertolongan, dan menghilangkan musibah.” (1)

Kita semua menyadari, bahwasannya tatkala kita bergantung kepada manusia, maka untuk satu atau dua kali ia mungkin akan membantu kita. Namun untuk yang ketiga dan yang keempat kalinya bisa saja ia akan marah karena merasa terganggu.

Adapun Allah Azza Wa Jalla, yang senantiasa membuka tangan-Nya dengan lebar untuk memberikan rahmat-Nya kepadamu dan akan semakin mencintaimu tatkala kamu bergantung kepada-Nya, malah kamu lupakan dan lari dari-Nya.

Fudhail bin Iyyadh rahimahullah berkata:

“Demi Allah, seandainya engkau benar-benar putus asa dari makhluk hingga engkau tidak berharap sedikitpun dari mereka, niscaya Allah akan memberimu semua yang engkau inginkan.” (2)

==========================

Dirangkum oleh Muhammad Reza Pahlevi

Rujukan :

1. Tafsir Surat an-Nisa’, jilid 2 hlm. 347

2. Jami’ul Ulum wal Hikam, hlm. 264