Syarah Riyadhus sholihin
Bab 27: Menjunjung Kehormatan Kaum Muslimin dan Perihal Hak-hak Mereka serta kasih sayang terhadap mereka, Hadits No. 224,
Hadits No. 225 dan Hadits No. 226
Hadits No. 224
٢٢٤ – وَعَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رَضِ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْو تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى)). (متفق عليه)
224. Dari an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu, ia bertutur; Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam kecintaan, kasih sayang, dan kelembutan di antara mereka adalah seperti satu tubuh; jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuhnya tidak bisa tidur dan merasakan demam.” (Muttafaq ‘alaih)
Kandungan Hadits :
1. Masyarakat Islam merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dalam hal kasih sayang, hubungan cinta kasih, dan sikap tolong- menolong. Yang demikian itu tidak lain perumpamaan yang sangat indah dan begitu tepat. Sebab, perumpamaan ini dapat mendekatkan pemahaman dan menunjukkan kenyataannya dan bisa dilihat secara kasat mata.
2. Keharusan untuk menjunjung tinggi hak-hak kaum Muslimin, juga perintah untuk menolong mereka dan juga bersikap lemah lembut kepada mereka.
3. Kehidupan masyarakat yang diliputi cinta kasih di antara mereka pasti dipenuhi oleh keamanan dan ketenteraman.
4. Dalam Bahjatun Nufus, Ibnu Abi Jamrah mengatakan: “Lafazh yang bermakna kasih-mengasihi, cinta-mencintai, dan tolong-menolong memang memiliki pengertian yang serupa, tapi terdapat perbedaan tipis di antara kata-kata tersebut. Kata التراحم(kasih sayang) berarti mengasihi satu sama lain berdasarkan persaudaraan seiman, bukan berdasarkan hal lainnya. Adapun التوادد (kecintaan) berarti hubungan yang menghasilkan cinta kasih, misalnya dengan saling mengunjungi atau saling memberi hadiah. Sedangkan التعاطف(kelembutan) berarti pemberian pertolongan antar sesama mereka, yakni sebagian dengan sebagian lainnya.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa التوادد (cinta-mencintai) menjadi sebab keberadaan التراحم(kasih-mengasihi), dan التعاطف (tolong-menolong) merupakan bentuk atau wujud nyata dari التراحم(kasih sayang).
Maka itu, Rasulullah ﷺ mengisyaratkan sebab dan buah dari sikap saling mengasihi sekaligus. Dan dalam ungkapan tersebut terdapat dalil yang menunjukkan kefasihan, balaghah (keindahan), dan juga kepadatan makna ucapan yang diwahyukan kepada Muhammad ﷺ. Cukuplah perumpamaan tadi sebagai contoh yang konkret, yakni Rasul ﷺ mengumpamakan masyarakat imani nan Rabbani (umat Islam) dengan satu tubuh. Yang demikian itu tidak lain dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan dan kekokohan hubungan antar serta ketangguhan persaudaraan di antara kaum Muslimin.
Hadits No. 225
٢٢٥ – وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَبلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلَى رَضَيْنَهُ عَنْهَا، وَعِنْدَهُ الْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ، فَقَالَ الْأَقْرَعُ: إِنَّ لِي عَشَرَةً مِنَ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ((مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ)). (متفق عليه)
225. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia menuturkan: “Nabiﷺ pernah mencium Hasan bin Ali, sedang di samping beliau terdapat al-Aqra bin Habis. Lantas al-Aqra berkata: ‘Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh anak, tetapi aku tidak pernah mencium seorang pun dari mereka. Kemudian Rasulullah ﷺ melihat dirinya seraya bersabda: ‘Barang siapa yang tidak menyayang, maka dia tidak akan disayang.” (Muttafaq ‘alaih).
Kandungan Hadits :
1. Ciuman kedua orang tua terhadap anak-anak mereka merupakan suatu hal yang disyariatkan lagi disunnahkan/dianjurkan.
2. Berlemah lembut kepada anak kecil adalah salah satu bukti kasih sayang terhadapnya.
3. Di antara sebab pemberian rahmat oleh Allah kepada umat manusia adalah adanya kasih sayang antar sesama mereka.
4. Balasan diberikan sesuai dengan jenis amal perbuatan. Karena itu, orang yang tidak mengasihi tidak akan dikasihi.
5. Dalam hadits ini terdapat isyarat keringnya hubungan kekeluargaan di kalangan masyarakat Arab Badui/penduduk pedalaman.
6. Dalam hadits ini terdapat bukti yang menunjukkan bahwa syariat tidak disarikan dari akal dan pikiran, melainkan dari wahyu dan mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah ﷺ.
Hadits No. 226
٢٢٦ – وَعَنْ عَائِشَةَ رَضَ لِتَهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَدِمَ نَاسٌ مِنَ الْأَعْرَابِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صلى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: أَتُقَبِلُوْنَ صِبْيَانَكُمْ؟ فَقَالَ: ((نَعَمْ)). قَالُوا: لَكِنَّا وَاللهِ مَا نُقَبلُ : فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْوَسَ: ((أَوَ أَمْلِكُ إِنْ كَانَ اللهُ نَزَعَ مِنْ قُلُوبِكُمُ الرَّحْمَةَ؟)). (متفق عليه)
- Dari Aisyah, dia menceritakan: “Beberapa orang Arab Badui menghadap Rasulullah ﷺ, kemudian mereka bertanya: ‘Apakah kalian mencium anak-anak kalian?’ Beliau menjawab: ‘Ya.’ Kemudian mereka memberitahukan: ‘Sedangkan kami, demi Allah, tidak pernah mencium (anak-anak kami). Maka Rasulullah menanggapinya: ‘Apa yang bisa kuperbuat apabila Allah ﷻ telah mencabut kasih sayang dari hati kalian?” (Muttafaq ‘alaih).
Kandungan Hadits
1. Allah ﷻ menciptakan kasih sayang dalam hati hamba-hamba-Nya agar sesama mereka bisa saling mengasihi, dan supaya setiap urusan dalam kehidupan mereka bisa teratasi dengan baik, serta agar seluruh kompenen masyarakat bisa berperan aktif.
2. Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang. Orang-orang Badui tidak mencium anak-anak mereka dikarenakan bentukan karakter yang menjadikan tiap individunya kasar dan kaku dalam bersikap. Benarlah sabda Rasulullah ﷺ
(( مَنْ بَدَا فَقَدْ جَفَا ))
“Barang siapa yang hidup di pedalaman akan mengalami kekakuan dalam bersikap.”
Baca Juga : Bersemangatlah Untuk Jadi Orang Baik
===========================
Sumber : Bahjatun Nadzirin Syarah Riyadhus Shalihin (بهجة النا ظرين شرح رياض الصالحين)Karya Syaikh Salim Bin ‘Ied Al-Hilali حفظه الله تعالى
Penulis: Ustadz Rahmat Ridho, S. Ag | Editor: Resma