Pembahasan : Tidak Memberi Wasiat Kepada Orang Yang Tidak Memiliki Sesuatu Yang Diwasiatkan (bagian Pertama)
Kajian Syarh Shohih Muslim
Kitab : Wasiat
عَنْ طَلْحَةَ بْنِ مُصَرِّفٍ قَالَ سَأَلْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى هَلْ أَوْصَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَا قُلْتُ فَلِمَ كُتِبَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ الْوَصِيَّةُ أَوْ فَلِمَ أُمِرُوا بِالْوَصِيَّةِ قَالَ أَوْصَى بِكِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Dari Thalhah bin Musharif dia berkata, “Saya pernah bertanya kepada Abdullah bin Abu Aufa, “Apakah Rasulullah ﷺ pernah berwasiat?” dia menjawab, “Tidak.” Saya bertanya lagi, “Kenapa kaum muslimin diperintahkan untuk berwasiat?” dia menjawab, “Beliau hanya mewasiatkan dengan kitabullah ‘Azza wa Jalla.”
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَلَا شَاةً وَلَا بَعِيرًا وَلَا أَوْصَى بِشَيْءٍ.
Dari ‘Aisyah dia berkata, “Rasulullah ﷺ tidak meninggalkan dinar, dirham, seekor kambing atau unta, dan tidak mewasiatkan sesuatu sama sekali.”
عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ ذَكَرُوا عِنْدَ عَائِشَةَ أَنَّ عَلِيًّا كَانَ وَصِيًّا فَقَالَتْ مَتَى أَوْصَى إِلَيْهِ فَقَدْ كُنْتُ مُسْنِدَتَهُ إِلَى صَدْرِي أَوْ قَالَتْ حَجْرِي فَدَعَا بِالطَّسْتِ فَلَقَدْ انْخَنَثَ فِي حَجْرِي وَمَا شَعَرْتُ أَنَّهُ مَاتَ فَمَتَى أَوْصَى إِلَيْهِ.
Dari Al Aswad bin Yazid dia berkata, “Orang-orang sama berbicara di samping ‘Aisyah, bahwa ‘Ali menerima wasiat dari Rasulullah ﷺ, maka dia berkata, “Kapankah beliau berwasiat kepadanya? Padahal ketika beliau sakit, beliau bersandar di dadaku -atau berkata- di pangkuanku. Kemudian beliau meminta bejana, sesudah itu beliau rebahan di pangkuanku dan saya tidak sadar jika beliau telah tiada. Maka kapankah beliau berwasiat kepadanya?!
Faidah Hadist :
1). Nabi ﷺ memberikan wasiat untuk berbegang teguh kepada kitabullah.
2). Hadist ini juga membantah perkataan Orang-orang Syi’ah bahwasanya Ali radhiyallahu’anhu adalah wasiat nya nabi ﷺ. Karena Aisyah radhiyallahu anha ketika disebutkan bahwasanya Ali radhiyallahu anhu menerima wasiat dari nabi ﷺ.maka aisyah radhiyallahu anha mengatakan kapankah beliau ﷺ berwasiat kepadanya? Karena nabi ﷺ wafat dipangkuan aisyah radhiyallahu anha.
3). Tidak ada wasiat Nabi ﷺ kepada Ali radhiyallahu anhu.
4). Dan Nabi ﷺ tidak berwasiat sepertiga harta beliau. Karena beliau ﷺ tidak memiliki harta untuk di wasiatkan sepertiganya.
5). Nabi ﷺ tidak berwasiat dengan hartanya dan juga tidak berwasiat kepada Ali radhiyallahu anhu dan juga tidak berwasiat kepada yang lainnya.
6). Orang-orang syi’ah mengatakan bahwasanya Rasulullah ﷺ telah memberikan wasiat kepada Ali radhiyallahu anhu sebagai khalifah setelah beliau ﷺ.sehingga mereka(orang-orang syi’ah) menuduh bahwasanya Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu telah merampas kekhalifahan(kekuasaan) dari Ali radhiyallahu anhu.maka tuduhan-tuduhan tersebut jelas-jelas dusta.maka Hadist sebagai bantahan tersebut karena nabi ﷺ tidak pernah memberikan wasiat kepada Ali radhiyallahu anhu.
7). Dan isyarat-isyarat yang ada adalah nabi ﷺ selalu mengisyaratkan abu bakar radhiyallahu anhu dari pada yang lainnya.diantaranya adalah isyarat nabi ﷺ ketika beliau ﷺ tidak mampu menjadi imam maka diminta lah abu bakar radhiyallahu anhu sebagai imam.
8). Dan tanah beliau yang berada dikhaibar itu telah beliau ﷺ wakafkan untuk kaum muslimin.
9). adapun Hadist-hadist tentang berwasiat berpegang kitabullah dan Wasiat beliau ﷺ untuk menghormati ahlu bait(keluarga) nya dan keturunannya dan berwasiat untuk mengeluarkan orang-orang musyrik dari tanah Arab dan wasiat yang boleh utusan datang ke tanah arab itu semua bukan yang dimaksudkan dalam Hadist ini.karena yang dimaksud dalam wasiat itu adalah beliau ﷺ tidak berwasiat dengan hartanya.
Karena nabi ﷺ tidak meninggalkan harta dan tidak ada wasiat kepada Ali radhiyallahu anhu.
10). Ahlussunnah wal Jama’ah dan salafiyyun menghormati keturunan nabi ﷺ, bukan dengan ghuluw dengan berlebih-lebihan.maka tidak ada kontradiksi antar hadist² ini.
11). Wasiat kepada Al-Quran adalah mengamalkan apa yang didalam kitabullah(Al-Quran). Allah ﷻ berfirman :
مَّا فَرَّطْنَا فِى ٱلْكِتَـٰبِ مِن شَىْءٍۢ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
….Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.Surat (Al-An’am (6) Ayat 38)
Maknanya adalah status hukum suatu hal dapat diketahui secara nash(teks-teks) dan istinbath(kesimpulannya).
12). Kenapa kaum muslimin diwajibkan untuk berwasiat ?
Maka jawabannya adalah firman Allah ﷻ :
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ إِن تَرَكَ خَيْرًا ٱلْوَصِيَّةُ لِلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ بِٱلْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا عَلَى ٱلْمُتَّقِينَ
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
(Surat Al-Baqarah (2) Ayat 180)
Menurut jumhur(mayoritas ulama) telah bersepakat bahwasanya ayat ini telah dihapuskan.para ulama mengatakan ini merupakan anjuran untuk berwasiat bukan kewajiban. Sebagaimana dalam Hadist tidak ada wasiat bagi yang tidak memiliki wasiat.atau berwasiat apabila seorang meniggalkan harta.
Wallahu’alam.
Baca Juga : Pembahasan Wakaf
===========================
Sumber: “Al-Minhaj Syarhu Shohih Muslim ibni Al-Hajjaj” (المنهاج شرح صحيح مسلم بن الحجاح) Karya Imam Nawawi رحمه الله تعالى.
Penulis: Ustadz Rahmat Ridho, S. Ag | Editor: Resma