Pembahasan : Tidak Memberi Wasiat Kepada Orang Yang Tidak Memiliki Sesuatu Yang Diwasiatkan (bagian Ketiga)

Kajian Syarh Shohih Muslim
Kitab : Wasiat


عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَوْمُ الْخَمِيسِ وَمَا يَوْمُ الْخَمِيسِ ثُمَّ بَكَى حَتَّى بَلَّ دَمْعُهُ الْحَصَى فَقُلْتُ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ وَمَا يَوْمُ الْخَمِيسِ قَالَ اشْتَدَّ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَعُهُ فَقَالَ ائْتُونِي أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لَا تَضِلُّوا بَعْدِي فَتَنَازَعُوا وَمَا يَنْبَغِي عِنْدَ نَبِيٍّ تَنَازُعٌ وَقَالُوا مَا شَأْنُهُ أَهَجَرَ اسْتَفْهِمُوهُ قَالَ دَعُونِي فَالَّذِي أَنَا فِيهِ خَيْرٌ أُوصِيكُمْ بِثَلَاثٍ أَخْرِجُوا الْمُشْرِكِينَ مِنْ جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَأَجِيزُوا الْوَفْدَ بِنَحْوِ مَا كُنْتُ أُجِيزُهُمْ قَالَ وَسَكَتَ عَنْ الثَّالِثَةِ أَوْ قَالَهَا فَأُنْسِيتُهَا قَالَ أَبُو إِسْحَقَ إِبْرَاهِيمُ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ بِشْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بِهَذَا الْحَدِيثِ.

Dari Sa’id bin Jubair dia berkata, “Ibnu Abbas berkata, “Hari Kamis, apakah hari Kamis itu?! Kemudian dia menangis sampai air matanya membasahi batu kerikil, lalu saya bertanya kepadanya, “Wahai Ibnu Abbas, memangnya ada apa dengan hari Kamis?” dia menjawab, “Pada hari Kamis, sakit yang diderita Rasulullah ﷺ semakin parah, kemudian beliau bersabda, “Kemarilah, saya akan menuliskan untukmu suatu catatan yang membuatmu tidak akan tersesat sepeninggalku nanti.” Lalu para sahabat saling berbantahan, padahal tidak pantas dan tidak layak hal itu terjadi di hadapan beliau.”

Kemudian mereka bertanya, “Ada apa dengan beliau? Tanyakanlah langsung kepada beliau!” Lalu Rasulullah ﷺ menjawab, ‘Biarkanlah saya, apa yang saya alami sekarang ini lebih baik. Sesungguhnya saya mewasiatkan kepada kalian tiga perkara; usirlah orang-orang musyrik dari jazirah Arab, berikanlah kepada para utusan (delegasi) sesuatu yang sama dengan apa yang pernah saya berikan kepada mereka (yaitu menghormati dan melayaninya).’ Setelah itu beliau diam, tidak menyebutkan perkara yang ketiga, atau menyebutkannya namun saya lupa.” Abu Ishaq Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Bisyr dia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dengan hadits ini.”


عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ يَوْمُ الْخَمِيسِ وَمَا يَوْمُ الْخَمِيسِ ثُمَّ جَعَلَ تَسِيلُ دُمُوعُهُ حَتَّى رَأَيْتُ عَلَى خَدَّيْهِ كَأَنَّهَا نِظَامُ اللُّؤْلُؤِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ائْتُونِي بِالْكَتِفِ وَالدَّوَاةِ أَوْ اللَّوْحِ وَالدَّوَاةِ أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ أَبَدًا فَقَالُوا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَهْجُرُ.

Dari Ibnu Abbas bahwa dia pernah berseru, “Hari Kamis, apakah hari Kamis itu!?” kemudian dia meneteskan air mata hingga saya melihat di pipinya seakan-akan mengeluarkan butiran permata, dia berkata, “Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Kesinilah dengan membawa tulang dan lembaran, saya akan menuliskan buat kalian suatu catatan yang kalian tidak akan tersesat sepeninggalku selamanya.” Maka mereka berkata, “Sesungguhnya Rasulullah ﷺ sedang mengigau.”


عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا حُضِرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي الْبَيْتِ رِجَالٌ فِيهِمْ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلُمَّ أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لَا تَضِلُّونَ بَعْدَهُ فَقَالَ عُمَرُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غَلَبَ عَلَيْهِ الْوَجَعُ وَعِنْدَكُمْ الْقُرْآنُ حَسْبُنَا كِتَابُ اللَّهِ فَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْبَيْتِ فَاخْتَصَمُوا فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ قَرِّبُوا يَكْتُبْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ مَا قَالَ عُمَرُ فَلَمَّا أَكْثَرُوا اللَّغْوَ وَالِاخْتِلَافَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُومُوا قَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ فَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَقُولُا إِنَّ الرَّزِيَّةَ كُلَّ الرَّزِيَّةِ مَا حَالَ بَيْنَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ أَنْ يَكْتُبَ لَهُمْ ذَلِكَ الْكِتَابَ مِنْ اخْتِلَافِهِمْ وَلَغَطِهِمْ.


Dari Ibnu Abbas dia berkata, “Tatkala Rasulullah ﷺ mendekati ajalnya, sedangkan di rumah beliau telah hadir beberapa orang yang di antaranya adalah Umar bin Khattab. Maka Nabi ﷺ bersabda, “Kemarilah, saya akan menulis suatu catatan yang kalian tidak akan tersesat sepeninggalku.” Lalu Umar berkata, “Tampaknya sakit beliau bertambah parah, bukankah Al-Qur’an telah berada pada diri kalian? Cukuplah bagi kita kitabullah.” Orang-orang yang berada di sekitar beliau ketika itu berbeda pendapat, lalu mereka saling berbantah-bantahan.

Ada yang mengatakan, “Mendekatlah kepada beliau, supaya Rasulullah ﷺ dapat menuliskan suatu wasiat buat kalian, agar kalian tidak tersesat sepeninggalnya.” Dan yang lain berpendapat seperti perkataan Umar, sehingga mereka menjadi ribut di sekitar Rasulullah ﷺ. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, “Berdirilah kalian semua (maksudnya pergi dari sisi beliau).” Ubaidullah berkata, Ibnu Abbas berkata, “Kerugian besar (bagi kaum muslimin), mereka gagal menuliskan pesan terakhir Rasulullah ﷺ karena mereka saling berbantah-bantahan di sekitar Rasulullah ﷺ yang sedang sakit keras.”

Faidah Hadist :

1). Dalam hadist ini terjadi pada hari kamis sebelum wafatnya Rasulullah ﷺ.dan Rasulullah ﷺ wafat pada hari senin bulan rabi’ul awwal tahun 11H.

2). Perkataan Umar radhiyallahu anhu
حَسْبُنَا كِتَابُ اللَّهِ
Para ulama mengatakan ini menunjukkan kefakihan Umar bin Khattab radhiyallahu anhu dan ini menunjukkan keutamaan Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Bahkan Nabi ﷺ menjelaskan keutamaan Umar :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: ” لَوْ كَانَ بَعْدِي نَبِيٌّ لَكَانَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ “

Rasulullah ﷺ bersabda : “Seandainya setelahku ada nabi, niscaya ia adalah ‘Umar bin Al-Khaththaab”.

3). Umar radhiyallahu anhu mengatakan cukuplah Al-Quran sebagai pegangan kita.karena Allah ﷻ berfirman :
ۚ مَّا فَرَّطْنَا فِى ٱلْكِتَـٰبِ مِن شَىْءٍۢ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ

….Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan
(Surat, Al-An’am (6) Ayat 38)

Allah ﷻ berfirman :
ۚ ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَـٰمَ دِينًۭا ۚ

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Surat, Al-Ma’idah (5) Ayat 3).
4). Dan kalau hal itu merupakan hal yang penting maka pasti lah Nabi ﷺ sampaikan, karena

Allah ﷻ berfirman:
۞ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ ….

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
(Surat Al-Ma’idah (5) Ayat 67)

6). Al-baihaqi rahimahullah berkata telah bercerita Sufyan bin Uyyanah dan para ulama sebelum beliau,bahwasannya Nabi ﷺ ingin menuliskan Abu bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu sebagai pengganti beliau ﷺ.dan itu telah beliau isyarat kan ketika meminta Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu sebagai menggantikan beliau ﷺ menjadi imam sholat.

7). Umar radhiyallahu anhu melihat kondisi Nabi ﷺ semakin parah sakit nya kalau seandainya Nabi ﷺ menulis maka beliau ﷺ akan memperberat sakit beliau ﷺ.

8). Sikap Umar radhiyallahu anhu tersebut telah dibenarkan oleh Nabi ﷺ.Umar radhiyallahu anhu sudah sampai derajat Ulama yang berijtihad, maka Rasulullah ﷺ bersabda,


إِذَا َاجْتَهَدَ الْحَاكِمُ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِذََا اجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ

“Jika seorang hakim berijtihad lalu benar, maka ia berhak mendapat dua pahala, namun jika ia berijtihad lalu salah, maka ia mendapat satu pahala”

9). AlKhattabi berkata : Tidak boleh kita katakan bahwasanya Umar radhiyallahu anhu memandang rendah apa yang diinginkan Nabi ﷺ.akan tetapi, karena Umar radhiyallahu anhu melihat betapa sulit nya kondisi Nabi ﷺ yang mana beliau sakit parah.

10). Orang-orang syi’ah selalu ingin mengambil celah dari Hadist ini untuk merendahkan Umar radhiyallahu anhu, sementara ahlu sunnah mengatakan ini merupakan keutamaan Umar radhiyallahu anhu dan ini diantara bentuk kecintaan Umar radhiyallahu anhu kepada Nabi ﷺ.

11). Dan intinya disini, sikap Umar radhiyallahu anhu merupakan sikap yang benar.Bahwasanya Nabi ﷺ tidak memberikan wasiat itu lah yang lebih baik dan itulah yang benar. Sebagaimana para Ulama telah menjelaskan hadist ini menunjukkan keutamaan dan kefakihan(ketajaman pemahaman) Umar bin Khattab radhiyallahu anhu.

Wallahu A’lam.

Baca Juga : Tidak Memberi Wasiat yang Tidak diwasiatkan #2

===========================

Sumber: “Al-Minhaj Syarhu Shohih Muslim ibni Al-Hajjaj” (المنهاج شرح صحيح مسلم بن الحجاح) Karya Imam Nawawi رحمه الله تعالى.

Penulis: Ustadz Rahmat Ridho, S. Ag | Editor: Resma