Kabasurau.co.id. Lebah galo-galo (Apis Trigona) atau sebagian orang mengenal dengan nama kelulut, lebah yang tidak bersengat ini memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan di wilayah Sumatera Barat. Seperti yang dirasakan oleh Adia seorang pengusaha budidaya lebah galo-galo di Sungai bangek, kecamatan Koto Tangah, Padang.
Ia menjelaskan untuk potensi budidaya lebah jenis ini sangat cocok dengan kondisi alam di Sumatera Barat, karena penyebaran vegetasi atau tanaman untuk pakan lebah ini sangat banyak.
Menurutnya cara membudidayakan lebah ini bisa secara alami, yaitu mengambil dari alam atau mengambil sarang yang sudah jadi kemudian dimodifikasi menggunakan stup agar madu mudah di panen nantinya.
“Untuk menghasilkan madu tergantung kekuatan koloni, bila koloni lebah tersebut kuat maka bisa menghasilkan madu 1 sampai 2 bulan setelah dipindahkan ke stup atau sarang diberi toping namanya,” terang Adia kepada Kabasurau.co.id, Sabtu (12/8/2023).
Kini Adia telah memasuki tahun ke tiga menjalani budidaya lebah galo-galo. Hingga saat ini di lokasi Sungai bangek ia telah memiliki 5 jenis spesies lebah yang tersebar di 200 stup atau sarang yang siap dipanen.
Selain menghasilkan madu, budidaya lebah ini memiliki nilai ekonomi lain, yaitu produk propolis dan bee pollen/ bee bread yang memiliki harga lebih tinggi dari madu.
“Madu itu produk terendah dari lebah galo-galo ini, ia juga menghasilkan propolis dan bee pollen/ bee bread yang harganya jauh lebih mahal,” lanjut Adia.
“Untuk harga madu galo-galo bervariasi, mulai dari Rp 50 ribu sampai Rp 2,5 juta, tergantung jenis madunnya,” tutup Adia.
Reporter: Syaugi