Kabasurau.co.id. Musim haji telah berakhir, tetapi setelah fase kepulangan, masih ada jemaah haji Indonesia yang tinggal di Tanah Suci. Mereka belum dapat pulang karena masih menjalani perawatan di rumah sakit dan belum dinyatakan fit untuk terbang.
Di antara mereka, jemaah dari Embarkasi Padang, terdapat tiga orang yang masih tinggal di Tanah Suci karena alasan kesehatan. Satu di antaranya telah berpulang, satu masih dalam perawatan, dan satu lainnya telah berhasil pulang. Jemaah tersebut adalah Harisun Nurlaili Sarih, jemaah Kloter 05 asal Limapuluh Kota.
Kepulangan Harisun disertai dengan tim PHU Kemenag RI dan RS Kesehatan Haji serta disambut oleh perwakilan Kepala Kanwil Kemenag Sumbar, Ketua Tim Kerja ATP M. Rifki, Tim KKP Dr. Darwin, Ketua Kloter 05 Irfan Junaidi, tim kesehatan Limapuluh, dan pihak keluarga pada Minggu (27/8).
Sesampainya di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Harisun langsung diperiksa di Ruang KKP Bandara. Dokter Darwin, yang mewakili Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, menyatakan bahwa kondisi kesehatan Harisun sudah cukup baik.
“Alhamdulillah, kondisi kesehatan jemaah haji Harisun sudah membaik. Meskipun sedikit pusing karena perjalanan dari Jakarta menuju Padang,” ungkap Darwin.
Darwin melaporkan bahwa tekanan darah Harisun adalah 116/80, saturasinya normal, dan suhu tubuhnya normal.
Selain itu, Darwin juga menjelaskan bahwa Harisun mengalami anemia atau kekurangan darah. Namun, Harisun sudah bisa dipulangkan ke kampung halaman bersama tim kesehatan dan keluarga.
Perwakilan PPIH Embarkasi Padang, M. Rifki, mengungkapkan bahwa Harisun sebelumnya mengalami kesulitan pernapasan atau pneumonia selama berada di Tanah Suci.
“Selama di Tanah Suci, yang bersangkutan beberapa kali dirawat, Di Makkah dirawat 7 hari dan di Madinah 4 hari,” terang Rifki.
Gejala sesak napas dan anemia membuatnya harus menjalani perawatan di sana selama hampir satu bulan sejak kepulangan Kloter 05 pada 27 Juli lalu.
Meskipun telah dinyatakan cukup pulih untuk dipulangkan ke Indonesia, Harisun harus menjalani perawatan selama tiga hari di Jakarta sebelum akhirnya kembali ke kampung halamannya di Tarantang, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota.
Redaktur: Syaugi