Gaza dalam KrisisSeorang pemuda Palestina membawa roti di tengah reruntuhan pusat kota Khan Yunis di Jalur Gaza selatan setelah penembakan Israel pada 10 Oktober 2023. (AFP)

kabasurau.co.id. Setelah Israel membentuk pemerintahan darurat melawan Hamas, kematian dan kerusakan di Gaza meningkat, membuat Gaza dalam krisis pasokan makanan, air, dan listrik di kota yang terkepung terus berkurang, ucap juru bicara Program Pangan Dunia (WFP) kepada Al Arabiya English pada hari Rabu.

Alia Zaki, Kepala Manajemen Komunikasi dan Informasi di Kantor Negara Palestina untuk Program Pangan Dunia PBB, mengatakan “Situasinya sangat buruk. Gaza berada di ambang kehabisan makanan, air, dan listrik,” Dikutip dari Al Arabiya news kamis (12/10/2023)

Hal ini telah membuat Seluruh lingkungan di kota ini hancur menjadi puing-puing, membuat sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya tidak memiliki tempat berlindung dan tidak memiliki akses terhadap makanan atau air dan Infrastruktur yang rusak sehingga menghambat produksi dan distribusi pangan di toko-toko dan toko roti yang dipantau oleh WFP, terang Zaki.

“Setengah dari toko dan toko roti yang dipantau WFP akan kehabisan makanan dalam waktu satu minggu. Dan bagi mereka yang masih beroperasi, seringnya pemadaman listrik membawa ancaman pembusukan makanan,” katanya.

Pemutusan total pasokan listrik dan pemadaman listrik akan merusak persediaan makanan yang sangat sedikit yang dapat diakses oleh warga Gaza dalam Krisis, serta adanya masalah konektivitas, sehingga akan menghambat operasi WFP di kota tersebut, ucapnya.

Rabu sore terlihat pengumuman dari otoritas ketenagalistrikan Gaza yang mengatakan bahwa satu-satunya pembangkit listrik di wilayah kantong tersebut telah kehabisan bahan bakar dan kemudian menghentikan operasinya. Selain itu kepala otoritas, Jalal Ismail dalam sebuah pernyataanya mengatakan “Satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza berhenti berfungsi pada pukul 14.00 (11.00 GMT),”

Dia menambahkan bahwa warga masih bisa menggunakan pembangkit listrik, namun bahan bakar yang diperlukan untuk mengoperasikan generator ini diperkirakan akan segera habis. Karena Israel telah blokade semua sisi perbatasan.

Di tambah lagi dengan Israel yang telah menempatkan Gaza di bawah “pengepungan total,” mencegah makanan dan bahan bakar mencapai wilayah miskin tersebut, di mana PBB memperkirakan lebih dari 80 persen penduduknya sudah hidup dalam kemiskinan.