Dalam perjalanan menuntut ilmu, bab ketiga dari kitab Tadzkirah Assami’ wal Mutakallim menggali adab-adab penting sebagai seorang murid. Sepuluh bagian dijelaskan dengan mendalam, dimulai dari membersihkan hati hingga memanfaatkan waktu dengan bijak. Seperti tanah yang harus disiapkan dengan baik agar benih yang ditanam tumbuh subur, begitu pula hati yang perlu disucikan untuk menerima ilmu. Mari kita telaah dengan seksama tiga adab utama yang dapat membimbing perjalanan menuju kebijaksanaan.
Membersihkan Hati: Fondasi Kebijaksanaan Ilmu
Bab pertama membahas pentingnya seorang penuntut ilmu membersihkan hati dari sifat-sifat negatif, seperti curang, kotor, benci, dan hasad. Hati yang bersih akan menjadi tempat yang layak bagi ilmu, memungkinkan pemahaman yang mendalam terhadap makna dan hakikat ilmu. Sebagaimana shalat yang memerlukan kesucian lahir, ilmu juga memerlukan kesucian hati.
Niat yang Baik dalam Menuntut Ilmu
Bagian kedua menyoroti pentingnya seorang penuntut ilmu untuk memperbaiki niat dalam menuntut ilmu. Ilmu bukanlah alat untuk mencapai kepentingan dunia semata, melainkan ibadah yang harus diniatkan dengan ikhlas mencari wajah Allah. Dengan niat yang tulus, ilmu akan diterima dan berkembang dengan berkah, sementara niat yang keliru dapat merugikan pemiliknya.
Menggunakan Masa Muda dengan Bijak
Bab ketiga mengajarkan penggunaan masa muda dan waktu hidup untuk menuntut ilmu. Ditekankan bahwa waktu yang telah berlalu tidak dapat diganti, dan oleh karena itu, penting untuk tidak tertipu oleh fatamorgana dunia yang sesaat. Salaf menganjurkan meninggalkan keluarga dan negeri untuk menuntut ilmu sebagai orang asing, mengingat pentingnya fokus dan keseriusan dalam mengejar hakikat ilmu.
Artikel ini mengajak pembaca untuk merenungi dan mengaplikasikan adab-adab tersebut dalam perjalanan ilmiah mereka. Dengan hati yang bersih, niat yang tulus, dan penggunaan waktu yang bijak, langkah menuju kebijaksanaan ilmu akan menjadi lebih terang benderang.
Artikel ini telah ditulis ulang oleh redaksi Kabasurau.co.id.