Hamas Gencatan SenjataSeorang gadis Palestina berjalan melewati lokasi serangan Israel terhadap sebuah rumah, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 25 April 2024. (Foto file: Reuters)

Kabasurau.co.id. Delegasi Hamas dijadwalkan tiba di Mesir pada Senin ini, dalam respons terhadap usulan terbaru untuk gencatan senjata yang telah lama dicari di wilayah Gaza, bersama dengan upaya pembebasan sandera setelah hampir tujuh bulan konflik bersenjata antara Israel dan kelompok Palestina tersebut.

Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat telah berupaya memediasi kesepakatan antara kedua belah pihak selama berbulan-bulan. Namun, serangkaian diplomasi dalam beberapa hari terakhir tampaknya memberikan dorongan baru untuk mengakhiri pertempuran yang telah merenggut ribuan nyawa dan merusak infrastruktur di Gaza.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dalam kunjungan ketujuhnya ke wilayah tersebut sejak 7 Oktober, tiba pada Senin di Arab Saudi. Kunjungannya juga akan mencakup Israel dan Yordania akhir pekan ini, menurut seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS.

Pejabat senior Hamas menyatakan pada hari Minggu bahwa kelompok Palestina tersebut tidak menghadapi “masalah besar” dengan rencana gencatan senjata terbaru. Namun, mereka menekankan bahwa keberhasilan kesepakatan masih tergantung pada respons Israel.

Menteri Luar Negeri Israel, Katz, menyatakan bahwa pemerintahnya mungkin akan menunda invasi batalion Hamas di Rafah jika kesepakatan tercapai. Namun, ia juga menegaskan bahwa Israel tetap siap bertindak jika dianggap perlu.

Konflik berkepanjangan telah menghadirkan krisis kemanusiaan di Gaza, dengan banyak penduduk hidup dalam kondisi sulit dan infrastruktur yang hancur. Serangan udara terus berlanjut, memperburuk situasi tersebut.

Meskipun demikian, sumber Hamas mengindikasikan kesiapan mereka untuk membahas proposal terbaru secara positif. Mereka menyoroti pentingnya sebuah kesepakatan yang melindungi kepentingan masyarakat Gaza dan mengakhiri pengepungan di wilayah tersebut.

Di sisi Israel, tekanan publik semakin meningkat untuk memastikan kebebasan 129 sandera yang masih ditahan di Gaza sejak Oktober lalu. Seruan untuk pembebasan mereka semakin keras, sementara pemerintah Israel menegaskan komitmennya untuk melindungi warga negaranya.

Sementara itu, upaya diplomatik terus berlanjut. Blinken tiba di Riyadh untuk pembicaraan dengan pejabat luar negeri Arab dan Eropa, dengan fokus pada upaya mencapai gencatan senjata Israel-Hamas dan meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Pangeran Faisal bin Farhan dari Arab Saudi menegaskan perlunya tindakan konkret untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza. Dia menekankan pentingnya solusi politik jangka panjang yang akan menghindari kembali kekerasan di masa depan.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menolak seruan untuk pembentukan negara Palestina, menghadapi tekanan baik dari dalam maupun luar negeri untuk menyelesaikan konflik ini dengan cara yang berkelanjutan.