Kabasurau.co.id. Dalam rangka menanggulangi penyebaran Monkeypox atau cacar monyet di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah memperkuat sistem surveilans di seluruh fasilitas kesehatan. Langkah ini mencakup penyelidikan epidemiologi bersama komunitas dan mitra HIV/AIDS, penetapan 12 laboratorium rujukan nasional untuk pemeriksaan cacar monyet, serta pelaksanaan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).
Untuk penanganan, Kemenkes telah menyiapkan terapi simtomatis yang disesuaikan dengan tingkat keparahan kasus. Pasien dengan gejala ringan disarankan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan puskesmas setempat, sedangkan pasien dengan gejala berat harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Yudhi Pramono, Plh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap cara penularan cacar monyet yang dapat terjadi melalui kontak langsung dengan ruam bernanah pada kulit, termasuk saat berhubungan seksual. “Orang yang sering berganti-ganti pasangan seksual berisiko tinggi tertular cacar monyet, khususnya laki-laki yang melakukan seks dengan sesama jenis,” ungkap Yudhi dalam keterangan resmi dikutip Rabu (21/8/2024).
Yudhi juga menyarankan agar masyarakat menggunakan masker medis jika merasa tidak sehat dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala seperti ruam bernanah atau keropeng pada kulit.
dr. Prasetyadi Mawardi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) menambahkan bahwa varian cacar monyet Clade I, baik 1a maupun 1b, belum terdeteksi di Indonesia. Varian yang ditemukan hingga saat ini adalah Clade II. “Clade I memiliki tingkat fatalitas yang lebih tinggi dibandingkan Clade II dan biasanya ditularkan melalui kontak erat, tidak selalu melalui kontak seksual,” jelas dr. Prasetyadi.
dr. Prasetyadi juga mengimbau agar individu yang dicurigai terinfeksi cacar monyet tidak memanipulasi lesi pada kulit, baik dengan memencet, menggaruk, atau melakukan manipulasi lainnya. “Lesi yang masih basah maupun yang sudah mengering berpotensi menularkan virus. Pasien juga harus menghindari berbagi barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Jika terdapat lesi yang luka atau erosif, segera beri obat,” pungkasnya.