Migrasi Radio Digitalilustrasi Radio. (Foto: Sy)

Kabasurau.co.id. Migrasi siaran radio dari analog ke digital menjadi sorotan dalam upaya modernisasi media di Indonesia. Rencana peralihan ini ditargetkan untuk terealisasi pada tahun 2028, namun prosesnya diperkirakan tidak mudah. Tantangan utamanya adalah kesiapan infrastruktur dan penerimaan masyarakat terhadap teknologi baru. Meskipun teknologi seperti Digital Audio Broadcasting (DAB) dan Digital Radio Mondiale (DRM) telah ada, implementasinya membutuhkan perangkat baru yang masih jarang dimiliki masyarakat.

Anggota Komisi I DPR RI, Junico BP Siahaan, menyoroti kompleksitas migrasi ini dan mengusulkan agar peralihan ke siaran digital dilakukan secara bertahap. “Direncanakan tahun 2028 (migrasi radio ke digital), saya banyak mendengar dari kawan-kawan bahwa perpindahan ini tidak mudah. Kenapa? Karena hari ini sudah sedikit pendengarnya, artinya yang setia karena semua sudah migrasi ke digital dan streaming,” ungkapnya saat Rapat Kerja Komisi I DPR RI bersama TVRI, RRI, dan Dewan Pers di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Junico juga menyoroti pentingnya penggunaan teknologi DAB dan DRM dalam siaran radio digital ke depan. Namun, menurutnya, tantangan terbesar adalah kebutuhan perangkat baru untuk menangkap sinyal digital tersebut. “Mobil-mobil bisa dipasangkan, tapi untuk rumah-rumah, butuh waktu. Di negara lain, seperti Singapura, mereka mencoba selama satu hingga dua tahun, tapi gagal,” jelasnya.

Pengalaman negara lain menjadi perhatian penting bagi Indonesia dalam merencanakan migrasi ini. Junico menekankan bahwa upaya untuk mengalihkan siaran radio ke digital harus dilakukan secara bertahap dan tidak tergesa-gesa. “Daripada kita investasi besar-besaran, nanti alat penerimanya nggak ada,” tambahnya.

Dengan semakin banyak masyarakat yang memilih mendengarkan radio melalui platform streaming, Junico menilai bahwa kesiapan infrastruktur dan penerimaan masyarakat menjadi kunci utama. “Itu yang jadi perhatian kami, supaya jangan kita buru-buru investasi di DAB dan DRM, sementara receiver-nya belum ada di masyarakat,” tutupnya.