HizbullahAsap mengepul dari desa Kfar Kila di Lebanon selatan, di tengah permusuhan lintas batas yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan pasukan Israel, seperti yang terlihat dari Marjayoun, dekat perbatasan dengan Israel, 18 September 2024. (Foto arsip: Reuters)

Kabasurau.co.id. Kelompok militan Hizbullah pada hari Sabtu mengonfirmasi bahwa dua komandan senior mereka tewas dalam serangan udara Israel di Beirut sehari sebelumnya, yang menargetkan benteng pertahanan mereka di pinggiran selatan kota tersebut. Serangan itu menewaskan kepala unit elit Pasukan Radwan, Ibrahim Aqil, dan komandan lainnya, Ahmed Mahmud Wahbi.

Israel sebelumnya mengklaim bahwa serangan tersebut, yang dilakukan untuk “melindungi warga Israel,” menewaskan hampir selusin komandan senior Hizbullah. Aqil, menurut Israel, merupakan salah satu tokoh utama dalam Organisasi Jihad Islam Hizbullah yang bertanggung jawab atas serangan bom terhadap Kedutaan Besar AS di Beirut pada tahun 1983 serta pengeboman Barak Marinir AS pada tahun yang sama.

Sementara itu, Hizbullah menyatakan bahwa Wahbi adalah pemimpin operasi Pasukan Radwan yang mendukung Hamas sejak 7 Oktober, ketika kelompok militan Palestina tersebut memulai serangan terhadap Israel yang memicu perang di Gaza.

Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan udara ini menewaskan sedikitnya 15 pejuang Hizbullah, termasuk Aqil dan Wahbi, serta melukai 66 orang lainnya. Televisi al-Manar milik Hizbullah menyiarkan rekaman langsung dari lokasi kejadian yang memperlihatkan ambulans bergerak cepat membawa korban luka.

Serangan ini adalah yang ketiga sejak Oktober yang diklaim atau dituding dilakukan oleh Israel terhadap kawasan pinggiran selatan Beirut. Sebelumnya, serangan Israel di wilayah ini pada 30 Juli menewaskan Shukr, dan pada 2 Januari, Saleh al-Arouri, wakil pemimpin Hamas, juga terbunuh.

Kantor berita resmi Lebanon, National News Agency, melaporkan bahwa serangan udara pada hari Jumat tersebut menargetkan sebuah apartemen di gedung hunian di kawasan al-Jamous, pinggiran selatan Beirut.

Hizbullah juga mencatat bahwa ketegangan semakin meningkat beberapa hari sebelumnya setelah sabotase mematikan terhadap perangkat komunikasi mereka, menambah panjang daftar insiden antara kedua belah pihak di tengah konflik yang sedang berlangsung.