ramallah

Kabasurau.co.id. Sejumlah pemukim Yahudi membakar 20 mobil dalam serangan terhadap properti Palestina di pinggiran Ramallah pada Senin, menurut keterangan warga setempat. Insiden ini merupakan salah satu serangan paling berani di daerah yang menjadi pusat pemerintahan Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

Sekitar selusin penyerang, yang mengenakan topeng dan membawa bom molotov, menargetkan kawasan al-Bireh yang berbatasan dengan Ramallah sekitar pukul 3 pagi (0100 GMT), membakar mobil-mobil tersebut dalam hitungan menit, ungkap mereka.

Warga Ihab al-Zaben mengaku berteriak kepada para pemukim, namun mereka tetap melanjutkan pembakaran kendaraan tersebut. “Ketika kami turun untuk mencoba memadamkan api, mereka mulai menembaki kami,” ujarnya.

Bagian depan sebuah gedung tempat tinggal pun terlihat hitam akibat kebakaran dari mobil-mobil yang diparkir di luar.

Polisi Israel dan badan keamanan Shin Bet sedang menyelidiki setelah menerima laporan bahwa sejumlah mobil Palestina telah dibakar, kata juru bicara polisi Israel dalam sebuah pernyataan.

Kekerasan pemukim Yahudi terhadap komunitas Palestina di Tepi Barat telah menuai kecaman secara internasional dan menyebabkan beberapa pemerintah, termasuk Amerika Serikat, menjatuhkan sanksi kepada para pemukim yang melakukan kekerasan, mendesak Israel untuk lebih aktif menghentikan serangan tersebut.

Otoritas Palestina, yang berkantor di Ramallah, mengutuk “serangan brutal oleh milisi pemukim.” Kementerian Luar Negeri mereka meminta “sanksi menyeluruh yang menargetkan seluruh sistem kolonial pemukim.”

Pejabat Hamas, Abdul Rahman Shadid, mengatakan serangan tersebut merupakan eskalasi oleh para pemukim dan memerlukan “eskalasi perlawanan dan menghadapi kejahatan ini,” demikian pernyataan dari kelompok Palestina tersebut.

Kekerasan Pemukim Meningkat Selama Perang Gaza

Israel telah menetap di Tepi Barat sejak merebutnya selama perang Timur Tengah 1967. Warga Palestina berpendapat bahwa pemukiman tersebut telah merusak prospek pembentukan negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Israel memandang Tepi Barat sebagai Judea dan Samaria dalam perspektif alkitabiah, dan para pemukim mengklaim memiliki ikatan alkitabiah dengan tanah tersebut.

Kekerasan pemukim telah meningkat sebelum pecahnya perang Gaza, dan semakin parah sejak konflik dimulai lebih dari setahun yang lalu.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pekan lalu, seorang pemimpin komunitas pemukim menyatakan keyakinan bahwa Donald Trump, jika terpilih kembali sebagai presiden AS, akan mencabut sanksi yang dianggap tidak sah oleh para pemukim atas serangan terhadap warga Palestina.

Sebagian besar negara menganggap pemukiman tersebut ilegal menurut hukum internasional. Pada tahun 2019, pemerintahan Trump saat itu meninggalkan posisi AS yang telah lama dipegang bahwa pemukiman tersebut ilegal, sebelum kemudian dikembalikan oleh Presiden Joe Biden.