Kabasurau.co.id. Penggunaan gadget sudah menjadi bagian dari keseharian banyak orang, baik orang tua, anak-anak, maupun remaja. Meski membawa banyak manfaat, penggunaan gadget tanpa aturan yang jelas dapat meningkatkan risiko dampak negatif, terutama bagi remaja.
“Screen time yang berlebihan bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mental. Pada remaja, screen time yang tidak dibatasi bisa memengaruhi tumbuh kembang dan kemampuan sosial mereka,” ujar spesialis anak RSUP Dr M Djamil, Asrawati, dalam kegiatan pengabdian masyarakat di Car Free Day, Minggu (15/12).
Screen time didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan untuk menatap layar elektronik, seperti televisi, komputer, ponsel pintar, tablet, hingga video game. Menurut Kementerian Kesehatan, screen time meliputi kegiatan menonton televisi, bermain video game, hingga penggunaan gadget secara umum.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Sumatera Barat ini menyebutkan bahwa terlalu banyak bermain gadget dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan remaja. “Aktivitas fisik yang minim ditambah kelebihan asupan makanan saat screen time dapat memicu penumpukan energi dalam bentuk lemak, yang berujung pada obesitas,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa screen time berlebihan juga berpotensi menyebabkan gangguan tidur pada remaja. “Ini lebih berbahaya lagi karena pertumbuhan remaja terjadi pada tengah malam. Jika tidurnya terganggu, pertumbuhan mereka pun ikut terhambat,” ungkapnya.
Asrawati juga menyoroti dampak screen time terhadap kemampuan bersosialisasi remaja. “Bermain gadget terlalu lama membuat anak hanya berdiam diri di satu tempat dan mengurangi interaksi langsung dengan teman sebaya atau lingkungan sekitar. Akibatnya, anak bisa merasa tidak nyaman saat berada di lingkungan baru,” ujarnya.
Selain itu, remaja yang sering terpapar screen time cenderung mengalami kesulitan mempertahankan perhatian. “Kondisi ini memengaruhi kemampuan mereka untuk berkonsentrasi dan belajar dengan efektif, yang akhirnya berdampak pada prestasi akademik,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa remaja yang kecanduan gadget lebih mudah marah dan berisiko mengalami gangguan seperti ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). “Kurangnya interaksi sosial membuat mereka sulit berkomunikasi dengan baik, bahkan meningkatkan faktor risiko autisme,” ucapnya.
Pada masa remaja, lanjut Asrawati, pencarian identitas diri sangat penting. Secara biologis, peningkatan hormon steroid juga berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik mereka yang cukup cepat.
“Solusinya adalah membatasi screen time. Untuk anak usia di atas enam tahun, maksimal dua jam per hari,” katanya.
Screen time, tambah Asrawati, sebaiknya dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran dengan cara yang sehat. Salah satu caranya adalah menerapkan aturan 20-20-20: setelah menatap layar selama 20 menit, alihkan pandangan ke objek lain selama 20 detik dengan jarak minimal 20 kaki (sekitar 6 meter). “Hal ini penting untuk menjaga kesehatan mata,” jelasnya.
Selain itu, ia menyarankan untuk menjaga hidrasi dengan minum air putih, melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, serta mengikuti kegiatan positif yang menyenangkan. “Dengan begitu, remaja dapat tetap sehat dan menguasai level pendidikannya,” tutupnya.