Oleh: Muhammad Okta Ilvan, S.Sos
Admin dan Pewarta Kabasurau.co.id, Berdomisili di Kota Padang
(Opini – Kabasurau.co.id)
Yayasan Dar el-Iman telah menapaki jalan panjang dalam dunia pendidikan Islam. Dengan 16 unit pendidikan, lebih dari 2.000 siswa aktif, serta ribuan alumni, kiprahnya bukan sekadar mencetak lulusan, tetapi menanamkan nilai Qur’ani dalam jiwa anak bangsa. Kehadiran Dar el-Iman menjadi salah satu poros penting pendidikan Islam di Sumatera Barat.
Berbagai kegiatan yang dilaksanakan memperlihatkan konsistensi yayasan ini. Dari outing class di tingkat TK, penghargaan bintang prestasi di SD, hingga simulasi bencana di SMP dan SMA, dan lain sebagainya, semuanya bukan sekadar seremonial. Kegiatan itu dirancang sebagai sarana pembentukan karakter, membiasakan siswa dengan nilai tanggung jawab, kepedulian sosial, serta kesiapan menghadapi tantangan zaman.
Dar el-Iman juga aktif menjalin kemitraan dengan masyarakat dan lembaga lain. Kerja sama dengan rumah sakit, komunitas siaga bencana, hingga pemerintah daerah menunjukkan bahwa pendidikan tidak boleh terjebak di menara gading. Pendidikan harus hadir di tengah umat, memberi manfaat nyata. Dari kegiatan donor darah hingga pelatihan tanggap bencana, siswa diberi ruang untuk belajar terjun langsung di masyarakat.
Namun, pertumbuhan kuantitas juga menghadirkan tantangan tersendiri. Seiring berkembangnya unit pendidikan dan jumlah siswa, bagaimana menjaga mutu tetap konsisten? Kualitas tenaga pendidik, standar kurikulum, serta evaluasi yang berkesinambungan menjadi faktor penting. Tanpa penguatan di aspek ini, capaian kuantitatif bisa berisiko tidak sejalan dengan kualitas yang diharapkan.
Selain itu, tantangan globalisasi dan derasnya arus digitalisasi menuntut pembaruan strategi. Apakah lulusan Dar el-Iman cukup dibekali keterampilan menghadapi persaingan global? Apakah pendidikan Qur’ani yang ditanamkan mampu diterjemahkan menjadi kontribusi nyata di bidang teknologi, ekonomi, dan sosial? Pertanyaan ini layak diajukan agar lulusan tidak hanya berperan di lingkup lokal, tetapi juga mampu bersaing di level nasional bahkan internasional.
Ribuan alumni Dar el-Iman adalah modal besar. Jika dikelola dengan baik, mereka dapat menjadi jaringan strategis yang mendukung ekosistem pendidikan dan dakwah. Alumni bisa didorong untuk berperan sebagai investor, mentor, maupun mitra dalam membuka peluang kerja sama lintas sektor. Sebaliknya, jika potensi ini tidak dimanfaatkan, maka kontribusi alumni akan terlepas dari roda besar pembangunan yayasan.
Di tengah tantangan itu, Dar el-Iman tetap berada di jalur yang tepat. Komitmennya dalam mengintegrasikan ilmu, iman, dan akhlak adalah fondasi yang kuat. Namun, konsistensi saja tidak cukup. Diperlukan terobosan baru, sinergi lebih luas, dan keberanian untuk melangkah ke arena yang lebih besar. Pendidikan Qur’ani harus hadir sebagai kekuatan yang bukan hanya melahirkan generasi beriman, tetapi juga generasi yang mampu memimpin perubahan.
Pada akhirnya, Dar el-Iman adalah sebuah investasi panjang. Investasi pada manusia, bukan sekadar angka statistik. Jika konsistensi dijaga dan kualitas terus ditingkatkan, maka Dar el-Iman akan terus melahirkan generasi yang bukan hanya siap berkompetisi, tetapi juga siap memimpin dengan nilai-nilai Islam. Dan di situlah letak peradaban yang sesungguhnya: lahir dari pendidikan yang bermanfaat bagi umat.
Artikel opini ini diterbitkan pertama kali di http://www.kabasurau.co.id