Prasangka sering kali hadir tanpa diundang. Ia tumbuh di hati manusia, bukan untuk menertawakan siapa pun, melainkan menjadi cermin kecil bagi hati yang tergesa. Betapa seringnya prasangka lahir dari hal sederhana seperti setitik tinta yang mampu membuat segelas air tampak keruh. Begitu pula satu kalimat singkat, bisa segera melahirkan tuduhan, cemooh, dan curiga.
Padahal wajah yang tampak di permukaan hanyalah kulit tipis; maksud sejati masih tersimpan dalam lapisan terdalam. Sayangnya, manusia kerap tergesa membaca tanda, menebak arah, hingga ringan menuding orang lain. Padahal, lumpur di kaki sendiri sering kali lebih dari cukup untuk dibersihkan.
Islam menaruh perhatian besar terhadap persoalan prasangka. Allah Ta’ala secara tegas melarang hamba-Nya terjerumus dalam su’uzhon (prasangka buruk).
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain…” (QS. Al-Hujurat: 12)
Ayat ini jelas menggambarkan bahwa prasangka buruk bukan sekadar pikiran sesaat, melainkan dapat berubah menjadi dosa yang menggerogoti hati dan merusak ukhuwah.
Hadis Nabi tentang Bahaya Prasangka
Rasulullah ﷺ pun memperingatkan umatnya agar berhati-hati terhadap prasangka:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ
“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah sedusta-dustanya ucapan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa prasangka dapat menyeret manusia pada kebohongan, fitnah, bahkan permusuhan. Padahal, Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kejujuran, husnudzon (berbaik sangka), serta persaudaraan.
Husnudzon: Cahaya Penenteram Hati
Di sisi lain, Islam mengajarkan pentingnya husnudzon. Husnudzon bukan hanya kepada Allah, tetapi juga kepada sesama manusia. Berbaik sangka akan membuat hati lapang, menjauhkan diri dari kebencian, serta menumbuhkan rasa saling percaya.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa husnudzon adalah bagian dari iman dan tanda kebersihan hati. Sebaliknya, su’uzhon adalah ciri hati yang dipenuhi kegelapan.
Prasangka adalah kabut yang menutupi kebenaran. Ia membuat kita mudah salah menilai, tergesa-gesa menuding, dan lalai memperbaiki diri. Sebaliknya, husnudzon adalah cahaya yang mengantarkan hati menuju ketenteraman.
Maka, ketika hati mulai tergoda oleh prasangka, ingatlah pesan Al-Qur’an dan sabda Nabi ﷺ. Jangan biarkan prasangka menumbuhkan kebencian, tetapi rawatlah husnudzon agar terlahir ketenangan.
Artikel ini diterbitkan pertama kali di http://www.kabasurau.co.id