Pernahkah kau merindukan seseorang hingga namanya menjadi nadi di setiap detakan, namun tiap kau mendekat, ia menjauh seperti bayang di permukaan?
Atau pernahkah kau berdoa di tengah kesunyian, lalu tak tahu lagi, apakah doa itu untuk memanggilnya datang atau justru memanggil dirimu agar pulang?
Bait-bait seperti ini seakan mewakili perasaan banyak orang yang sedang diuji dengan kehilangan. Kehilangan memang menyakitkan, tapi dalam Islam, ia bisa menjadi pintu menuju pengampunan dan jalan pulang kepada Allah ﷻ.
Kehilangan dalam Pandangan Al-Qur’an
Allah ﷻ. sudah mengingatkan bahwa dunia ini hanyalah persinggahan, dan semua yang kita cintai pada akhirnya akan berakhir.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)
Ayat ini menegaskan bahwa kehilangan adalah bagian dari ujian hidup, baik dalam bentuk kesedihan maupun kebahagiaan.
Doa yang Menenangkan Jiwa
“Aku pernah berdiri di depan pintu penantian yang terbuat dari sunyi dan gema hujan. Kuketuk dengan salam yang kusulam dari benang kerinduan, namun salam itu karam sebelum sempat singgah di pelukan doa dan harapan.”
Kalimat ini mengingatkan kita bahwa doa terkadang tidak segera berjawab sebagaimana yang kita harapkan. Tetapi Rasulullah ﷺ bersabda:
يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ
“Doa seorang hamba akan terus dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang dosa, atau memutuskan silaturahmi, dan selama ia tidak tergesa-gesa.” (HR. Muslim, no. 2735)
Artinya, doa dalam kesepian sekalipun tetap bernilai, walau jawabannya mungkin bukan hadirnya seseorang, melainkan ketenangan dari Allah.
Cinta yang Menuntun Pulang
“Mencintainya membuatku paham, bahwa rasa bukan milik genggaman. Ia bagai cahaya di cermin lautan, memantul dari sumber yang tak tergapai pandangan.”
Cinta pada makhluk sering kali bersifat fana. Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam Madarijus Salikin berkata:
“Barangsiapa mencintai sesuatu selain Allah, maka cintanya akan menjadi beban baginya. Sedangkan cinta kepada Allah akan selalu menjadi cahaya, kebahagiaan, dan kekuatan.”
Itulah sebabnya, cinta sejati seharusnya menuntun kita untuk semakin dekat kepada Allah, bukan justru menjauh dari-Nya.
Kesabaran dalam Kehilangan
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, sakit, kesedihan, kesusahan, gangguan, ataupun kegundahan—bahkan duri yang menusuknya—melainkan Allah akan menghapus sebagian dari kesalahannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kesabaran menerima kehilangan menjadikan setiap air mata bernilai penghapus dosa.
Jalan Pulang kepada Allah
“Sebab mungkin yang kucari sedari awal perjalanan bukanlah dia yang kupanggil dengan harapan, melainkan Dia yang diam-diam menuntunku pulang dengan kehilangan sebagai lentera dan cinta sebagai jalan-Nya.”
Inilah hakikat dari setiap kehilangan: ia bukan sekadar akhir dari sebuah cerita, melainkan jalan pulang. Allah berfirman:
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ
“Maka larilah kamu kepada Allah; sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan yang nyata dari-Nya untukmu.” (QS. Adz-Dzariyat: 50)
Penutup
Kehilangan memang berat, tapi ia bisa menjadi cara Allah ﷻ membersihkan hati. Ia bisa menjadi pintu sabar, pintu doa, sekaligus pintu cinta yang lebih murni.
Sebagaimana ungkapan seorang ulama sufi, Rabi’ah al-Adawiyah:
“Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga, haramkanlah itu bagiku. Tetapi jika aku menyembah-Mu karena cinta kepada-Mu, janganlah Kau palingkan aku dari keindahan-Mu yang abadi.”
Pada akhirnya, setiap kehilangan bukanlah kehampaan, melainkan jalan yang Allah pilihkan agar hati pulang kepada-Nya, dengan cahaya cinta yang tidak pernah padam.
Artikel ini diterbitkan pertama kali di http://www.kabasurau.co.id