BERSEMANGATLAH UNTUK JADI ORANG BAIK

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Saudaraku sekalian, Allah Azza Wa Jalla menciptakan kita sebagai makhluk yang penuh kasih sayang, cinta dengan kebersihan serta segala sesuatu yang merupakan kebaikan. Begitu pula sebaliknya, secara fithrah kita tidak suka dengan segala sesuatu yang merupakan keburukan. Kita tidak merasa nyaman dengan lingkungan yang kotor, bau dan berantakan.

Begitupula dalam menjalankan kehidupan, kita senantiasa mencari lingkungan yang memberikan rasa nyaman, kita senang berkumpul dengan teman-teman yang memiliki kesamaan hobi, dan tujuan  yang baik.

Namun saat ini timbul suatru permasalahan, dimana orang-orang lebih senang menghabiskan waktu mereka untuk bermain-main saja, mereka menghabiskan hari dengan membicarakan obrolan yang sama sekali tidak mendatangkan manfaat.

Ketika ia ditanya mengapa melakukan hal yang demikian, ia beralasan karena hendak mencari kebahagiaan. Namun ketika ditanya apakah ia benar-benar mendapatkan kebahagiaan ataukah tidak dengan melakukan kemaksiatan, ia menjawab “tidak”, karena kebahagiaan yang mereka dapatkan itu adalah kebahagiaan semu, yang mana itu merupakan sebuah kebahagiaan sesaat saja. Adapun setelah itu, ia akan merasakan kembali kesedihan dan kesusahan yang tak pernah putus.

Namun perhatikanlah sebagian saudara kita yang lain, yang ia senantiasa menggunakan waktunya untuk beribadah kepada Allah, ia menjalankan kehidupan dengan wajar sebagaimana yang diperintahkan di dalam syariat, ia menikmati bagian-bagian yang halal dan berusaha meninggalkan perkara yang syubhat ataupun perkara yang haram.

Kita melihat mereka yang mendekatkan diri kepada Allah, urusan mereka menjadi lancar, apa yang mereka kerjakan selesai dengan baik dan tidak meninggalkan masalah-masalah yang lain, ia senantiasa diterima dimanapun berada, orang-orang akan senang ketika berhubungan dengannya, keberadaannya senantiasa disenangi, dan kepergiannya menimbulkan kesedihan.

Maka hendaknya kita berlomba-lomba untuk bisa memperbagus akhlak baik, dan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan semua akhlak buruk.

Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, Nabi ‘shalallahu alaihi wassalam bersabda :

مَا مِنْ شَيْءٍ أثْقَلُ في مِيزَانِ العبدِ المُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ، وَإنَّ الله يُبْغِضُ الفَاحِشَ البَذِيَّ

Tidak ada sesuatupun yang lebih berat pada timbangan seorang hamba yang beriman pada hari kiamat nanti dari pada akhlak yang baik. Dan sesungguhnya Allah ta’ala membenci seseorang yang keji ucapannya lagi kotor.1

Lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyebutkan bahwasannya akhlak yang baik merupakan amalan yang bernilai besar dalam timbangan amal.

Diantara akhlak-akhlak yang mulia ini adalah dengan menebar senyum kepada saudara kita yang lain, dan berusaha untuk tidak berwajah masam ketika bertemu dengannya. Karena perbuatan yang seperti itu (bermuka masam) dapat menimbulkan kesedihan dihati saudara kita tersebut.

Ibnu Batthol Al Maliky rahimahullah :

انَّ لقاء النَّاس بالتَّبسُّم وطلاقة الوجه من أخلاق النُّبوة وهو مناف للتكبُّر، وجالب للمودَّة

“Sesungguhnya bertemu seseorang dengan tersenyum dan wajah yang berseri-seri termasuk akhlaqnya para nabi. Akhlak yang mulia ini bisa menghilangkan kesombongan dan mendatangkan rasa cinta.”2

Dan bentuk akhlak yang baik lainnya adalah menjaga perasaan orang lain, bisa dengan tidak menampakkan kenikmatan yang kita dapatkan karena khawatir ada orang lain yang menginginkan hal serupa, namun ia masih belum bisa untuk mendapatkannya.

Amr bin Qais al-Mula’i rahimahullah berkata:

“Mereka (para Shahabat) tidak suka seseorang memberi anaknya sesuatu lalu anaknya tersebut membawanya keluar, kemudian ada orang miskin yang melihatnya lalu dia menangis kepada keluarganya (karena menginginkan yang sama dengan apa yang dibawa oleh anak tersebut), atau ada anak yatim yang melihatnya lalu dia menangis kepada keluarganya.”3

Lihatlah bagaimana akhlak yang baik ini, tidaklah ia ada pada diri seseorang melainkan akan membuatnya mulia, orang orang akan berubah menjadi mencintainya, yang awalnya jauh akan perlahan akan menjadi dekat.

Dengan demikian, hendaklah kita berdoa kepada Allah, agar senantiasa diberikan kemudahan untuk bisa menjalankan ketaatan, dan senantiasa dijauhkan dari segala bentuk keburukan, baik yang kita sadari ataupun yang tidak kita sadari.

Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua.

___________________

Dirangkum dan ditulis oleh Muhammad Reza Pahlevi

Kota Padang, 3 November 2021

Rujukan :

  1. at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah 876
  1. Syarh Shahih al-Bukhori 5/193
  1. Kitab az-Zuhd, karya al-Imam Ahmad bin Hanbal