Didalam Keutamaan ‘Ilmu dan Ulama

“Ayat ayat Al-Quran yang menjelaskan keutamaan mempelajari Ilmu dan mengajarkannya”

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: وَيَرْفَعُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجْتْ»

Allah ta’ala berfirman niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

Sebagaimana Allah Ta’ala sebutkan bahwasanya Allah mengangkat kedudukan orang-orang yang berilmu beberapa derajat dibandingkan manusia-manusia yang lainnya.

، قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: «الْعُلَمَاءُ فَوْقَ الْمُؤْمِنِينَ بِسَبْعِ مِائَةٍ – دَرَجَةً، مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ مِائَةُ عَامٍ» .

Ibnu ‘Abbas rradhiyallahu’anhuma berkata : bahwasanya Ulama itu berada diatas orang-orang yang beriman 700 tingkatan, diantara derajatnya 100 tahun.

Hadist Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma juga menjelaskan bagaimana kedudukan orang yang berilmu diatas orang-orang yang beriman lainnya.

Malik bin anas didalam menafsirkan ayat {نرفع درجات من نشآء}, zaid bin aslam berkata maksud dalam ayat tersebut adalah didalam perkara Ilmu.

Ibnul Qoyyim rahimahullah ta’la menyebutkan didalam kitab nya “Miftahud darus sa’adah” Didalam Al-Quran tidaklah Allah menyebutkan akan mengangkat kedudukan kecuali berkaitan keimanan dan keilmuan.

وَقَالَ تَعَالَى: {شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأَولُوا الْعِلْمَ} الْآيَةَ، بَدَأَ سُبْحَانَهُ بِنَفْسِهِ وَثنَى بِمَلَائِكَتِهِ وَثُلُثَ بِأَهْلِ الْعِلْمِ، وَكَفَاهُمْ ذَلِكَ شَرَفًاً وَفَضْلًاً وَجَلَالَةً وَنَبْلًا.

Dan Allah ta’la berfirman: “Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu”, Allah subhanahu wa Ta’ala memulai dengan dirinya, dan memuji para malaikat-Nya dan Orang-orang yang berilmu, dan mencukupkan mereka dengan kemulian, dan keutamaan, dan keagungan.

وَقَالَ تَعَالَى: {قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ}

Allah ta’la berfirman: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”

Makna ayat {هَلْ يَسْتَوِى } bahwasannya tidak akan pernah sama kedudukan orang yang berilmu dengan orang yang jahil.

قال تعالى : { فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ.}

Allah ta’la berfirman : maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

“فإن الذكر” “الذكر”
Memiliki dua makna :
=> yang pertama, Kitab Qodari yaitu Lauhil mahfudz.
=> yang kedua, kitab Syar’i yaitu seperti kitab-kitab yang telah diturunkan seperti Taurat, Injil, dan kitab-kitab yang diturunkan lainnya. Akan tetapi yang dimaksud disini adalah Alquran. (Ibnul Qoyyim yang menjelaskan 2 makna ini)

وَقَالَ تعالى ( وَما يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعِلْمُونَ)

Allah ta’la berfirman : “Tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”

Didalam ayat ini menjelaskankan tentang kemulian ilmu, bahwasanya orang yang berilmu adalah orang yang berakal.

وَقَالَ تَعَالَى: « بَلْ هُوَ ءَايَـٰتٌۢ بَيِّنَـٰتٌۭ فِى صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ ۚ »

Allah ta’la berfirman : Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.

Dalam ayat tersebut maksudnya adalah Al-Quran. Al-Quran Al-Karim merupakan bukti yang nyata didalam dada-dada orang yang telah diberikan Ilmu. Dan maksud ayat ialah Nabi ﷺ Kalau sekiranya ayat berkaitan dengan Nabi ﷺ, maka itu berkaitan dengan para pengikut dan umatnya ﷺ baik dari orang-orang yang berilmu, karena Al-Quran hakikatnya merupakan bukti nyata didalam dada-dada mereka.

وَقَالَ تَعَالَى: «إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَـٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ »

Allah ta’la berfirman : Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.

Makna dari ayat ini adalah bahwasanya mereka(para Ulama) adalah orang-orang yang takut kepada Allah ta’la, dan sesungguhnya orang-orang yang khosyyah(takut) sejatinya dikarenakan Hati² mereka terkumpul antara sifat khauf(takut) dan Ilmu.

Dan takut kepada Allah merupakan ibadah diantara ibadah² lainnya yang mana kita telah diperintahkan dengannya.


وَقَالَ: وَأُولِيكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرْيِيَّةِ إِلَى قَوْلِهِ : وَذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ)، فَاقْتَضَتْ الْعُلَمَاءُ هُمْ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ اللَّهَ تَعَالَى، وَأَنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ اللَّهَ تَعَالَى هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ؛ فَيَنْتِجُ : أَنَّ الْعُلَمَاءَ ، خَيْرُ الْبَرِيَّةِ .

Para Ulama mereka adalah orang-orang yang takut kepada Allah, dan mereka merupakan sebaik-baik makhluk dimuka bumi. Sebagaimana yang dijelaskan Allah ta’la dalam firman surah Al bayyinah “وَأُولِيكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرْيِيَّةِ” Mereka lah sebaik-baik nya makhluk.

Wallahu A’lam

===========================

Ringkasan Kajian Kitab Tadzkirah Assami’ wal Mutakallim Fii Adabil ‘Alim wal Muta’allim Oleh Ustadz Rahmat Ridho, S. Ag Hafidzahullah Ta’ala

Penulis: Ustadz Rahmat Ridho, S. Ag | Editor: Resma