Memahami Arti Bid’ah

Hadits Arbain Ke 05

عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. [رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ]


“Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan bagian darinya, maka dia tertolak.” (Riwayat Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: “Siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka dia tertolak.”

Hadits ini adalah hadits yang kelima dari rangkaian 42 hadits Al-Arba’in An-Nawawiyah (الأربعون النووية). Hadits ini diriwayatkan oleh Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Semua istri Rasulullah ﷺ adalah ibunda kita,


وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ


“dan istri-istri beliau adalah ibunda bagi mereka orang-orang yang beriman.”

Istri-istri Rasulullahﷺ dilarang untuk dinikahi oleh yang lainnya. Akan tetapi, istri-istri Rasulullah ﷺ tetap sebagai wanita ajnabi yang artinya tidak boleh menampakkan auratnya kepada yang lainnya.

Kunyah beliau adalah Ummu Abdillah. Walaupun beliau tidak memiliki anak bernama Abdullah dan beliau tidak memiliki anak sama sekali. Dan Beliau adalah putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu. Jadi putrinya Sahabat, ayahandanya juga Sahabat.

Putrinya adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah ﷺ dari kalangan wanita sementara ayahandanya adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah ﷺ dari kalangan pria.

Faidah Hadist :

1). Lafazh hadist,

مَنْ أَحْدَثَ

BarangSiapa yang mengada-ada,
Arti dari أحدث adalah membuat sesuatu yang baru yang tidak ada sebelumnya.


فِي أَمْرِنَا هَذَا


dalam perkara/urusan(agama) kami ini.
Yang dimaksud oleh Rasulullah ﷺ adalah perkara didalam agama kami ini.dia membuat sesuatu yang baru, yang tidak ada didalam agama nya Rasulullahﷺ, tidak pernah diajarkan Rasulullahﷺ, dan tidak ada dalilnya dari Al-Quran dan maupun dari Hadist-hadist Rasulullahﷺ, baik itu berupa aqidah (keyakinan-keyakinan) dan tata cara ibadah yang tidak pernah diajarkan Nabi ﷺ.


مَا لَيْسَ مِنْهُ


Apa yang bukan bagian darinya,
Urusan agama yang tidak ada atau datang dari Nabi ﷺ asalnya.jadi bukan di dalam urusan dunia.karena perkara dunia itu luas, contohnya tatacara bertani, tatacara berternak, ilmu komputer dan kelistrikan dan ilmu teknik dan yang lainnya.dan Nabi ﷺ bersabda, “kalian lebih mengetahui didalam perkara-perkara dunia kalian”

Sebagian yang lain, mereka ingin memojokkan saudara-saudara kita yang ingin menegakkan sunnah dan menjauhi perkara yang bid’ah.lalu mereka beralasan, yang sudah kalian tidak usah memakai alat-alat dan benda-benda ini karena ini merupakan sesuatu yang baru yang tidak ada zaman Rasulullahﷺ. Bukan ini yang dimaksud, akan tetapi yang dimaksud Rasulullahﷺ adalah perkara-perkara yang baru didalam agama ini.


فَهُوَ رَدٌّ.


Maka Amalan tersebut tertolak.
Amalan dan ibadah tersebut ditolak oleh Allahﷻ.dan Allahﷻ telah mengutus Rasul-Nya yaitu Nabi muhammad ﷺ kepada manusia. Tentunya sebagai utusan beliau memiliki tugas, yaitu menyampaikan apa yang telah disampaikan Allahﷻ kepadanya.dan diantara yang beliau bawa dari Allahﷻ adalah tentang tatacara ibadah kepada Allahﷻ.

Dan Allahﷻ telah memerintah kan manusia untuk beribadah kepada-Nya,


يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,(Surat Al-Baqarah (2) Ayat 21)

Dan Allahﷻ berfirman,


وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ


Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.(Surat Adz-Dzariyat (51) Ayat 56)

Perintah dari Allahﷻ untuk beribadah, lalu bagaimana tatacara ibadah nya?
Tata cara ibadah nya tidak Allahﷻ serahkan tatacara kepada masing-masing manusia dan juga dari kalangan jin.akan tetapi,

Allahﷻ telah utus Rasulullahﷺ untuk menjelaskan bagaimana tatacara ibadah yang benar kepada Allahﷻ. Maka, setelah itu kewajiban manusia adalah menyerah kan diri mereka dan tunduk kepada syariat yang dibawa oleh Rasulullahﷺ.

2). Ini adalah sebuah hadits yang agung, dan dihadits yang pertama dahulu kita sudah sebutkan bahwasannya Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullahu Ta’ala mengatakan bahwasanya pokok ajaran Islam itu terbangun diatas tiga hadits; Pertama, hadits Innamal A’malu Binniat.

Hadits Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu yang merupakan hadits pertama dalam Arbain Nawawi. Kedua, hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha ini yang merupakan hadits ke-5 dalam Arbain Nawawi. Sedangkan yang ketiga adalah hadits An-Nu’man bin Basyir,


حَلَالٌ بَيِّنٌ وَحَرَامٌ بَيِّنٌ وَشُبُهَاتٌ بَيْنَ ذَلِكَ مَنْ تَرَكَ الشُّبُهَاتِ فَهُوَ لِلْحَرَامِ أَتْرَكُ وَمَحَارِمُ اللَّهِ حِمًى فَمَنْ أَرْتَعَ حَوْلَ الْحِمَى كَانَ قَمِنًا أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ


“Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas, sedangkan syubhat berada diantara keduanya. Barangsiapa meninggalkan syubhat, berarti terhadap yang haram ia akan lebih menjauh. Dan hal-hal yg diharamkan Allahﷻ adalah daerah terlarang, maka siapa yang mengembalakan ternak di sekitar daerah terlarang, sangat mungkin ia akan memasukinya.” (HR. Ahmad)

Dan hadits An-Nu’man bin Basyir ini adalah hadits yang ke-6. Insyaallah kita akan bahas pada pertemuan selanjutnya.

Kata Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullahu Ta’ala, pokok-pokok ajaran Islam terbangun diatas tiga perkara ini. Sebagian ulama yang menyebutkan bahwasannya hadits Umar bin Khattab, Innamal A’malu Binniyat adalah timbangan amalan-amalan batin. Itu adalah parameter untuk amalan-amalan hati. Sedangkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha ini adalah timbangan untuk amalan-amalan yang lahir.

3). Dampak Buruk Bid’ah

Pertama: Bid’ah semakin menjauhkan pelakunya dari Allahﷻ.

Ayyub As-Sikhtiyani -salah seorang tokoh tabi’in- berkata,


مَا ازْدَادَ صَاحِبُ بِدْعَةٍ اِجْتِهَاداً، إِلاَّ ازْدَادَ مِنَ اللهِ بُعْداً


“Semakin giat pelaku bid’ah dalam beribadah, semakin jauh pula ia dari Allah.” (Hilyah Al-Auliya’, 1:392)

Apa yang dikatakan oleh tokoh tabi’in di atas, kebenarannya didukung oleh hadits Rasulullah ﷺ ketika menyifati orang-orang Khawarij,


يَخْرُجُ فِيكُمْ قَوْمٌ تَحْقِرُونَ صَلَاتَكُمْ مَعَ صَلَاتِهِمْ وَصِيَامَكُمْ مَعَ صِيَامِهِمْ وَعَمَلَكُمْ مَعَ عَمَلِهِمْ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ


“Akan muncul di antara kalian suatu kaum yang kalian akan meremehkan shalat kalian (para sahabat), puasa kalian, dan amal kalian di samping shalat mereka, puasa mereka, dan amal mereka. Mereka rajin membaca Al Qur’an akan tetapi (pengaruhnya) tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam seperti anak…

Wallahu a’lam

Baca Juga : Pemakan Riba dan Pelaku Bid’ah

===========================

Penulis: Ustadz Rahmat Ridho, S. Ag