MTQ Nasional 2024Dir Penais Ahmaz Zayadi (kiri) pimpin Rakor Persiapan MTQ Nasional di Jakarta

Kabasurau.co.id. Persiapan menyambut Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Nasional telah mencapai tahap kesepakatan dalam Rapat Koordinasi Persiapan MTQ Nasional ke-30, yang digelar di Jakarta pada Rabu (24/4/2024). Kota Samarinda, Kalimantan Timur, dipilih sebagai tuan rumah untuk acara yang akan digelar pada September 2024.

Rapat koordinasi tersebut dihadiri oleh berbagai pihak penting, termasuk Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Dasmiah, dan Kasubdit Lembaga Tilawah dan Musabaqah Alquran dan Alhadits Kementerian Agama, Rijal Ahmad Rangkuty. Hadir pula perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri, Biro Kesejahteraan Rakyat Kaltim, serta pejabat lainnya.

Menurut Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, MTQ Nasional tahun ini mengusung tema ‘Mewujudkan Masyarakat Cinta Al-Qur’an untuk Bangsa yang Bermartabat di Bumi Nusantara’. Zayadi menekankan komitmen Kementerian Agama dalam meningkatkan kualitas dan akuntabilitas penyelenggaraan MTQ, dengan transformasi digital sebagai salah satu strategi utama.

“MTQ Nasional ke-30 ini akan menjadi tonggak baru dengan proses-proses berbasis digital, mulai dari pendaftaran hingga penilaian peserta. Dengan adopsi teknologi, kami yakin akuntabilitas dan kualitas acara akan meningkat secara signifikan,” ungkapnya.

Kementerian Agama berjanji untuk terus berkoordinasi dengan lintas kementerian dan lembaga guna memastikan kesuksesan penyelenggaraan event dua tahunan ini. Dengan demikian, MTQ Nasional 2024 di Kota Samarinda diharapkan menjadi momentum penting dalam memperkokoh nilai-nilai keagamaan dan budaya di Indonesia.


Diharapkan bahwa penyelenggaraan MTQ Nasional di Kota Samarinda akan menjadi ajang yang mempromosikan budaya dan keagamaan Indonesia secara luas, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga internasional. Dengan partisipasi aktif dari berbagai pihak dan adopsi teknologi dalam proses penyelenggaraan, acara ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi negara lain dalam memajukan tradisi keagamaan secara modern dan inklusif.