Agama korupsi

Kabasurau.co.id. Menteri Agama Nasaruddin Umar menilai bahwa peraturan yang ada saat ini belum mampu secara efektif menekan angka korupsi di Indonesia. Untuk itu, ia menawarkan enam gagasan guna memperkuat pemberantasan korupsi.

Pemberantasan Korupsi: Agama dari Mitos Jadi Etos

Menurut Nasaruddin, semakin dekat masyarakat dengan ajaran agama, semakin aman suatu bangsa. Sebaliknya, semakin jauh, risiko akan meningkat.
“Karena itu, tantangan kita adalah bagaimana menjadikan agama sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari,” ujarnya di Jakarta, Jumat (13/12/2024

    Ia menjelaskan bahwa agama yang sering dianggap sebagai mitos harus diangkat menjadi logos, sebuah konsep yang dapat diukur, lalu dikembangkan menjadi etos atau nilai-nilai yang diterapkan dalam kehidupan. “Jadi, dari logos menjadi etos yang dasar utamanya adalah mitos,” tambahnya.

    Nasruddin juga mengutip Max Weber, seorang sosiolog agama, yang menyatakan bahwa perubahan perilaku membutuhkan perubahan etos masyarakat, dan perubahan etos tidak mungkin terjadi tanpa peninjauan terhadap teologi masyarakat. “Karena itu, mari kita mengajak masyarakat kembali kepada ajaran luhur agama masing-masing,” tegasnya.

    Pemberantasan Korupsi: Jadikan Korupsi Musuh Bersama

    Ia juga mengusulkan agar korupsi dijadikan musuh bersama. “Kita perlu satu bahasa, menjadikan korupsi sebagai kejahatan publik yang massif dan harus dimusuhi bersama,” katanya.

      Nasruddin mencontohkan gratifikasi, yang bukan hanya berupa benda, tetapi juga janji-janji tertentu. “Misalnya, menjanjikan seorang pejabat dengan sesuatu, termasuk wanita, agar memenangkan tender. Hal-hal seperti ini masih terjadi di masyarakat kita,” ungkapnya.

      Ia juga menyoroti dampak korupsi pada infrastruktur. “Jembatan yang seharusnya bertahan 50 tahun bisa roboh dalam lima tahun karena ada korupsi di dalamnya,” ujarnya.

      Menurut Nasaruddin, bahasa agama dapat berperan penting dalam melawan korupsi. “Saya bukan malaikat, dan tokoh agama juga bukan malaikat. Tapi mari kita libatkan mereka, siapa tahu bahasa agama mampu mengeliminasi korupsi,” tambahnya.

      Pemberantasan Korupsi: Memulai dari Kementerian Agama

      Untuk merealisasikan gagasannya, Nasaruddin memulai langkah pemberantasan korupsi dari internal Kementerian Agama.

        Ia mencontohkan penghematan anggaran perjalanan dinas. “Kami memiliki sekitar 82 perguruan tinggi negeri, hampir setiap minggu ada seminar nasional atau internasional. Jika semua dihadiri, anggaran perjalanan akan habis,” jelasnya.

        Nasruddin kemudian memutuskan agar rapat dan seminar dilakukan secara daring. “Hasilnya sangat positif. Sebulan setelah saya menjabat, kami berhasil menekan biaya perjalanan dinas hingga 50 persen,” ujarnya.

        Ia juga mendukung pesan Presiden Prabowo mengenai pentingnya efisiensi untuk mencegah korupsi. “Kalau efisiensi dilakukan, kita bisa menghemat hingga 40 persen anggaran,” katanya.

        Pemberantasan Korupsi: Jangan Ambil yang Bukan Haknya

        Nasruddin menekankan pentingnya kesadaran untuk tidak mengambil sesuatu yang bukan hak. “Segala sesuatu yang tidak berkah, tidak ada manfaatnya,” katanya.

          Ia mengingatkan bahwa harta yang tidak halal hanya membawa masalah. “Kita bisa punya istana, mobil mewah, tapi duduk di kursi roda karena stres akibat dikejar-kejar persoalan yang kita buat sendiri,” ujarnya.

          Pemberantasan Korupsi: Lahirkan Generasi Berprinsip dan Jujur

          Ia juga menyoroti pentingnya membentuk generasi yang berprinsip kuat dan jujur. “Dalam Al-Qur’an disebutkan, generasi terbaik adalah yang kuat dan jujur. Prinsip ini juga ada di agama lain,” ujarnya.

            Menurutnya, pemberantasan korupsi berbasis agama dapat membantu menciptakan generasi yang ideal.

            Pemberantasan Korupsi: Pentingnya Keteladanan

            Nasruddin menegaskan bahwa keteladanan sangat penting dalam memberantas korupsi. “Jangan hanya pintar berbicara, tetapi tidak ada bukti nyata dari tindakan kita,” katanya.

              Ia mengajak masyarakat untuk mencari keberkahan dalam hidup. “Yang kita cari bukan banyaknya harta atau tingginya jabatan, tetapi keberkahan. Itu yang membuat kita bahagia,” ujarnya.

              Nasruddin menutup dengan mengingatkan pentingnya hidup damai dan tenang. “Jangan sampai kita mengejar yang besar tapi kehilangan ketenangan. Itu tidak ada artinya,” pungkasnya.

              Mari ikuti saluran WhatsApp Kabasurau.co.id. (Klik di sini) Kini Kabasurau.co.id tersedia di Google Berita, Yuk follow. (Klik di sini).