Kabasurau.co.id. Negara bagian Kerala di India Selatan kini dalam ketegangan tinggi, dengan peningkatan signifikan dalam pemeriksaan dan penelusuran kontak menyusul dua kasus kematian yang baru-baru ini terjadi. Kedua kematian tersebut dicurigai terkait dengan kehadiran virus Nipah yang mulai mewabah. Untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, sekolah dan kantor di beberapa daerah telah diinstruksikan untuk sementara waktu ditutup. Namun, apa sebenarnya yang kita ketahui tentang virus Nipah dan upaya apa yang sedang dilakukan untuk menghadapinya? Berikut adalah informasi terkini.
Virus Nipah pertama kali muncul di perbukitan Malaysia pada tahun 1998-1999, ketika wabah penyakit mengguncang Kampung Sungai Nipah. Sejak saat itu, virus ini telah menyebabkan wabah kecil namun berulang di beberapa negara di Asia Tenggara. Virus Nipah telah menarik perhatian dunia karena potensinya yang mematikan dan kemampuannya untuk menyebar dengan cepat.
Menurut laporan dari situs Infeksi Emerging dikutip dari Viva pada Senin, 18 September 2023, sejak tahun 1998 hingga saat ini, telah tercatat lebih dari 700 kasus infeksi virus Nipah pada manusia di lima negara, yaitu Malaysia, Singapura, India, Bangladesh, dan Filipina, dengan angka kematian mencapai 407. Bangladesh menjadi negara dengan jumlah kasus dan kematian terbanyak, yakni 336 kasus (48%) dan 238 kematian (58,5%).
Wabah terkini dilaporkan di Bangladesh antara 4 Januari hingga 13 Februari 2023, dengan 11 kasus (10 kasus konfirmasi dan 1 probable) serta 8 kematian (CFR: 73%). Dari 11 kasus tersebut, 10 kasus di antaranya memiliki riwayat mengonsumsi getah kurma (date palm sap), sementara satu kasus merupakan hasil dari kontak erat dengan pasien terinfeksi (seorang dokter yang merawat salah satu kasus).
Sumber Utama Virus Nipah adalah kelelawar buah dari jenis tertentu, yang dikenal sebagai kelelawar Pteropus. Kelelawar ini bertindak sebagai reservoir alami virus Nipah dan dapat menularkannya kepada hewan lain atau manusia. Sebagian besar penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, terutama babi. Namun, telah terdokumentasikan kasus penularan langsung dari kelelawar ke manusia dan dari manusia ke manusia.
Infeksi virus Nipah dapat menimbulkan beragam gejala, mulai dari ringan hingga berat. Gejala awal seringkali mirip dengan flu, termasuk demam, sakit kepala, dan kelemahan otot. Namun, dalam beberapa kasus, kondisi pasien dapat memburuk secara cepat, menyebabkan peradangan otak (ensefalitis) dan gejala neurologis lainnya.
Kasus yang parah dapat berakhir dengan koma atau bahkan kematian. Masa inkubasi virus Nipah biasanya berkisar antara 4 hingga 14 hari setelah terpapar, meskipun terdapat juga laporan kasus dengan masa inkubasi hingga 45 hari. Tingkat kematian rata-rata (case fatality rate) berkisar antara 40% hingga 75%, tetapi angka ini dapat bervariasi tergantung pada kemampuan setiap wilayah dalam melakukan penyelidikan epidemiologi, surveilans, dan manajemen kasus.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian saat ini belum menemukan vaksin yang efektif untuk mencegah infeksi virus Nipah pada manusia atau hewan. Oleh karena itu, pencegahan utama adalah menghindari kontak langsung dengan kelelawar dan hewan yang mungkin terinfeksi. Selain itu, konsumsi produk hewan mentah atau setengah matang harus dihindari, terutama di daerah yang diketahui terjadi wabah.
Dalam dunia medis, isolasi pasien yang terinfeksi menjadi kunci utama untuk mengendalikan penyebaran virus. Semua peralatan medis yang digunakan harus disterilkan, dan tenaga medis harus mematuhi protokol alat pelindung diri.
Virus Nipah merupakan ancaman serius dengan potensi untuk menyebabkan wabah global. Sementara vaksin dan pengobatan khusus untuk infeksi virus Nipah masih belum tersedia, upaya pencegahan yang cermat dan respons yang cepat ketika terjadi wabah adalah kunci untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh virus ini.