Kajian Syarh Shohih Muslim
Kitab : Wasiat
Bab : Wasiat dengan Sepertiga(Bagian Pertama)


عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ عَادَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ أَشْفَيْتُ مِنْهُ عَلَى الْمَوْتِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَلَغَنِي مَا تَرَى مِنْ الْوَجَعِ وَأَنَا ذُو مَالٍ وَلَا يَرِثُنِي إِلَّا ابْنَةٌ لِي وَاحِدَةٌ أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي قَالَ لَا قَالَ قُلْتُ أَفَأَتَصَدَّقُ بِشَطْرِهِ قَالَ لَا الثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ وَلَسْتَ تُنْفِقُ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى اللُّقْمَةُ تَجْعَلُهَا فِي فِي امْرَأَتِكَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أُخَلَّفُ بَعْدَ أَصْحَابِي قَالَ إِنَّكَ لَنْ تُخَلَّفَ فَتَعْمَلَ عَمَلًا تَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا ازْدَدْتَ بِهِ دَرَجَةً وَرِفْعَةً وَلَعَلَّكَ تُخَلَّفُ حَتَّى يُنْفَعَ بِكَ أَقْوَامٌ وَيُضَرَّ بِكَ آخَرُونَ اللَّهُمَّ أَمْضِ لِأَصْحَابِي هِجْرَتَهُمْ وَلَا تَرُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ لَكِنْ الْبَائِسُ سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ قَالَ رَثَى لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَنْ تُوُفِّيَ بِمَكَّةَ.

Dari ‘Amir bin Sa’d dari Ayahnya dia berkata, “Pada saat haji wada’, Rasulullah ﷺ datang menjengukku yang sedang terbaring sakit, lalu saya berkata, “Wahai Rasulullah, keadaan saya semakin parah seperti yang telah Anda lihat saat ini, sedangkan saya adalah orang yang memiliki banyak harta, dan saya hanya memiliki seorang anak perempuan yang akan mewarisi harta peninggalan saya, maka bolehkah saya menyedekahkan dua pertiga dari harta saya?” beliau bersabda, “Jangan.” Saya bertanya lagi, “Bagaimana jika setengahnya?” beliau menjawab, “Jangan, tapi sedekahkanlah sepertiganya saja, dan sepertiganya pun sudah banyak.

Sebenarnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan yang serba kekurangan dan meminta minta kepada orang lain. Tidakkah Kamu menafkahkan suatu nafkah dengan tujuan untuk mencari ridha Allah, melainkan kamu akan mendapatkan pahala karena pemberianmu itu, hingga sesuap makanan yang kamu suguhkan ke mulut istrimu juga merupakan sedekah darimu.” Sa’ad berkata, “Saya bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, apakah saya masih tetap hidup, sesudah teman-teman saya meninggal dunia?” beliau menjawab, “Sesungguhnya kamu tidak akan panjang umur kemudian kamu mengerjakan suatu amalan dengan tujuan untuk mencari ridha Allah, kecuali dengan amalan itu derajatmu akan semakin bertambah, semoga kamu dipanjangkan umurmu sehingga kaum muslimin mendapatkan manfaat darimu dan orang-orang menderita kerugian karenamu.

Ya Allah… sempurnakanlah hijrah para sahabatku dan janganlah kamu kembalikan mereka kepada kekufuran, akan tetapi alangkah kasihannya Sa’d bin Khaulah.” Sa’d berkata, “Kemudian Rasulullah ﷺ mendoakannya agar ia meninggal di kota Makah.” Telah menceritakan kepada kami

Faidah Hadist :

1). Anjuran menjenguk orang yang sakit.

2). Seorang pemimpin dianjurkan menjenguk orang yang sakit.

3). Bolehnya bagi orang yang sakit menceritakan apa yang dia rasakan untuk tujuan yang benar, misalnya untuk berobat, ia harus menceritakan sakit apa yang dirasakan kepada dokter atau tujuannya untuk memberikan wasiat atau meminta fatwa.

4). Dan dimakruhkan menceritakan apa yang dirasakan, kalau dalam bentuk menceritakan tidak menerima keadaan dan meratapi kondisinya. Karna yang seperti itu akan menjadi cacat pahala dari penyakitnya. Seorang yang menderita penyakit maka dia mendapatkan pahala.sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.”

5). Dan Boleh nya mengumpulkan harta, atau menabung.

6). Bersikap adil dengan ahli waris dan wasiat.

7). Mazhab imam Syafi’i, apabila ahli waris merupakan orang-orang kaya maka boleh ia berwasiat dengan sepertiga secara sukarela.

8). Dan, apabila ahli waris nya orang yang miskin maka wasiat nya dikurangi dari sepertiga.

9). Dan ulama bersepakat pada zaman ku(imam Nawawi), bahwasanya apabila ahli waris telah bersepakat seluruh nya harta mayit untuk disedekahkan maka boleh hukum nya.

10). Dan para ulama telah bersepakat, apabila si mayit tdk memiliki ahli waris maka boleh baginya berwasiat lebih dari sepertiga.

11). Dan seorang yang sakit ringan dan memungkinkan untuk sembuh, maka apabila dia bersedekah dengan hartanya lebih dari sepertiga maka kata ulama sedekahnya sah.

12). Dan sebaliknya seorang yang sakit yang harapan nya untuk sembuh itu kecil.maka tidak boleh bersedekah atau wasiat melebihi dari sepertiga kecuali telah izin ahli waris.

Baca Juga : Wasiat Dengan Sepertiga (Bagian Kedua)

===========================

Sumber: “Al-Minhaj Syarhu Shohih Muslim ibni Al-Hajjaj” (المنهاج شرح صحيح مسلم بن الحجاح) Karya Imam Nawawi رحمه الله تعالى.

Penulis: Ustadz Rahmat Ridho, S. Ag | Editor: Resma