Kabasurau.co.id. Setelah menyimpan ketegangan selama 11 hari tanpa letusan, Gunung Marapi, salah satu gunung berapi paling aktif di Sumatera Barat, kembali memuntahkan kemarahan alamnya pada hari ini. Erupsi yang terjadi pada tanggal 6 Februari 2024 mencatatkan tiga kali letusan dalam satu hari, mengirimkan kolom abu yang menggumpal tinggi ke langit dan memicu keresahan di wilayah sekitarnya.
Pukul 15:28 WIB, Marapi meletus dengan kekuatan yang cukup kuat, mengejutkan penduduk sekitar dengan tinggi kolom abu mencapai sekitar 800 meter di atas puncak gunung. Namun, ledakan itu ternyata hanya permulaan dari apa yang akan menyusul. Sekitar pukul 16:04 WIB, gunung itu bergetar lagi, mengeluarkan semburan kedua dengan tinggi kolom abu mencapai 1.000 meter. Tidak puas dengan itu, Marapi melakukan aksi ketiga pada pukul 17:02 WIB, menambahkan satu lagi kejutan dengan kolom abu setinggi 800 meter.
Erupsi hari ini membuat gelombang kekhawatiran di antara penduduk di sejumlah kecamatan di Kabupaten Tanah Datar. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, Zul Doni Putra, dalam keterangannya, Selasa (6/2/2024), mencatat bahwa dampak erupsi tersebut hampir merata di wilayah tersebut, termasuk di Batipuh, Pariangan, Lima Kaum, Rambatan, Tanjung Emas, Sungai Tarab, dan Salimpaung.
Menurut laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMKG), sebelum erupsi terakhir ini, aktivitas Gunung Marapi telah menunjukkan fluktuasi dalam satu minggu terakhir. Sejak tanggal 25 Januari 2024, tidak ada lagi aktivitas atau gempa erupsi, namun aktivitas hembusan mencapai puncak tertinggi dengan 49 kali kejadian. Selain itu, gempa-gempa lainnya seperti gempa low frequency, gempa hybrid/fase banyak, gempa vulkanik dangkal, gempa vulkanik dalam, dan gempa tektonik lokal masih terus terjadi dengan intensitas yang bervariasi.
Meskipun ada penurunan dalam beberapa parameter aktivitas, seperti laju emisi gas SO2 yang lebih rendah dalam satu minggu terakhir, tetapi masih cukup tinggi, menunjukkan adanya pelepasan gas dari magma. Ini mengindikasikan bahwa pasokan magma dari kedalaman masih terjadi, meningkatkan potensi bahaya erupsi.