Kabasurau.co.id. Warga Israel di bagian utara menunjukkan kemarahan dan frustrasi pada hari Minggu setelah serangan besar-besaran Hizbullah dari Lebanon serta meningkatnya peringatan keamanan yang dikeluarkan oleh militer Israel.
Momi Bar Khalifa, kepala dewan Moshav Manot, dengan tegas menyatakan kemarahannya atas situasi yang sudah berlangsung selama lebih dari sepuluh bulan, sebagaimana dikutip dari media Israel.
“IDF berhasil menggagalkan serangan ke Tel Aviv, tapi kami sudah hidup dalam situasi seperti ini selama sepuluh setengah bulan,” ungkapnya. “Ini sangat menyebalkan dan tidak masuk akal,” tambahnya.
Pada hari Minggu, dua rumah dan sebuah kandang ayam di komunitas Galilea Barat menjadi target serangan roket yang diluncurkan oleh Hizbullah. Meskipun tidak ada korban jiwa dan tidak ada evakuasi, termasuk di Manot, ketegangan terus meningkat.
Warga Manot, yang telah lama merasakan dampak dari konflik ini, semakin kecewa dengan tidak adanya solusi untuk memulihkan kehidupan mereka.
“Anak-anak di sini ketakutan. Kebebasan bergerak kami dibatasi, banyak yang mengalami kesulitan finansial, dan tidak ada yang peduli,” kata Bar Khalifa dengan nada prihatin. “Apa yang akan terjadi jika Hizbullah menyerang pada pukul 8:00 pagi pada tanggal 1 September, hari pertama sekolah?”
Situasi ini juga dialami oleh Efrat Shahar Hovav, warga Beit Hillel yang dievakuasi bersama anak-anaknya ke Tel Aviv setelah serangan terbaru.
“Rudal-rudal itu mengejar kami di mana-mana,” ujarnya sambil tersenyum pahit.
Namun, senyumnya segera berubah menjadi ekspresi marah saat ia menceritakan bagaimana suaminya, yang merupakan koordinator keamanan militer di Beit Hillel, tetap berada di sana sementara dia dan anak-anaknya dipindahkan ke hotel di Tiberias.
Meskipun telah menyewa apartemen di Kibbutz Gonen, dekat dengan rumah mereka, keluarga Hovav belum bisa menikmati kenyamanan di sana karena Kibbutz Gonen juga menjadi target serangan Hizbullah.
“Kami memutuskan untuk tidur di ruang aman di rumah kami sendiri,” katanya.
Kemarahan dan frustrasi yang dirasakan warga di wilayah utara Israel terus meningkat seiring dengan eskalasi konflik, yang hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Warga menilai bahwa perhatian lebih besar diberikan kepada wilayah Tel Aviv, sementara mereka di utara merasa diabaikan.