Kabasurau.co.id. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar lokakarya internasional bertajuk “Interregional Workshop on Self-Evaluation on Infrastructure Development for New Nuclear Power Programmes” di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, pada Senin (23/9). Acara ini merupakan bagian dari proyek kerja sama teknis INT 2024 yang melibatkan perwakilan dari 24 negara dan para ahli dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Lokakarya ini bertujuan untuk memfasilitasi diskusi terkait kesiapan infrastruktur energi nuklir nasional, sekaligus mendukung negara-negara anggota IAEA yang sedang merencanakan pengembangan program energi nuklir di Indonesia. Kegiatan ini dinilai penting dalam mendorong evaluasi mandiri terkait persiapan masing-masing negara terhadap perkembangan tenaga nuklir.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito, menekankan pentingnya lokakarya ini dalam memperkuat kesiapan berbagai negara untuk mengembangkan tenaga nuklir. “Lokakarya ini merupakan kesempatan untuk melakukan self-evaluation. Kita mereview persiapan yang sudah dilakukan terkait implementasi tenaga nuklir di negara masing-masing,” ungkapnya.
Selain itu, Indonesia juga memanfaatkan kesempatan ini untuk bertukar pengetahuan dengan negara-negara lain yang belum memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Saat ini, Indonesia memiliki tiga reaktor nuklir yang digunakan untuk riset, yaitu Reaktor Nuklir Kartini di Yogyakarta, Reaktor TRIGA 2000 di Bandung, dan Reaktor GA.Siwabessy di Tangerang.
“Ada negara yang belum memiliki PLTN, ada yang sedang mengembangkan, dan ada juga yang sudah memiliki serta menambah kapasitas. Kombinasi ini memberikan kesempatan besar untuk berbagi pengetahuan. Kita bisa belajar dari negara-negara di Afrika, Asia, dan negara maju seperti Mesir dan Kenya,” tambah Mego.
Pemerintah Indonesia, lanjut Mego, melalui PT PLN Persero terus berupaya menyediakan listrik berkualitas dengan distribusi yang merata. Tantangan ke depan adalah bagaimana mengembangkan teknologi nuklir agar bermanfaat bagi masyarakat. “Pembangunan PLTN membutuhkan pemahaman dari masyarakat, kesiapan pemerintah dalam pengoperasian, serta pemanfaatan energi listrik yang dihasilkan. Ini tantangan, bukan kendala, dalam menyongsong masa depan, terutama dalam teknologi PLTN yang belum kita miliki secara komersial,” jelasnya.
Sementara itu, Sofwan Noerwidi, Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN, dalam kesempatan terpisah menjelaskan bahwa teknologi nuklir juga digunakan dalam karakterisasi cagar budaya, misalnya untuk menentukan keaslian fosil melalui teknik carbon dating dan uranium series. “Teknologi nuklir membantu dalam karakterisasi usia cagar budaya serta memperkuat dan mengawetkan cagar budaya yang fragmentaris,” katanya saat acara “Regional Coordination Meeting on RAS1027” di Jakarta pada 19 Agustus 2024.
Melalui berbagai kegiatan ini, Indonesia berharap dapat terus memajukan pemanfaatan teknologi nuklir, tidak hanya untuk pembangkit listrik, tetapi juga dalam bidang lain seperti penelitian dan pelestarian budaya.