Kabasurau.co.id. Pemimpin Chechnya yang didukung Kremlin, Ramzan Kadyrov, menyatakan kesiapannya untuk memastikan Suriah mendapatkan pasokan gandum yang dibutuhkan jika pasokan gandum Rusia ke negara tersebut terganggu. Pernyataan ini disampaikan Kadyrov melalui kanal Telegramnya pada Minggu (15/12).
“Dengan alasan apa pun yang tidak mungkin dan luar biasa, jika hal ini terjadi, saya, sebagai Kepala Republik Chechnya, siap bertanggung jawab dan memastikan jumlah gandum yang diperlukan untuk Suriah,” tulis Kadyrov.
Sebelumnya, sumber dari Rusia dan Suriah menyampaikan kepada Reuters bahwa pasokan gandum Rusia ke Suriah dihentikan sementara akibat ketidakpastian terkait pemerintahan baru di negara tersebut. Hal ini terjadi setelah dua kapal yang membawa gandum Rusia untuk Suriah gagal mencapai tujuan mereka.
Kadyrov menjelaskan bahwa dua kapal tersebut membawa gandum “komersial,” bukan gandum yang disuplai oleh negara. “Pasokan yang didukung oleh negara Rusia ke Suriah tidak terpengaruh,” tambahnya.
Rusia, sebagai eksportir gandum terbesar di dunia, mengirim gandum ke Suriah melalui pengaturan keuangan dan logistik yang rumit untuk menghindari sanksi Barat yang diberlakukan pada kedua negara tersebut. Namun, tidak jelas berapa besar kontribusi pasokan gandum yang diberikan oleh negara Rusia.
Kadyrov tidak merinci bagaimana dia akan mengatur dan membiayai pasokan gandum tersebut jika harus turun tangan, atau dari mana gandum itu akan diperoleh. Namun, ia menyebutkan bahwa jika diperlukan, ia dapat bertindak melalui yayasan amal yang dinamai berdasarkan nama mendiang ayahnya. Yayasan ini sebelumnya telah membantu membangun kembali beberapa masjid dan menyediakan bantuan kemanusiaan untuk Suriah selama pemerintahan Presiden Bashar Assad.
Menurut analis Rusia, ekspor gandum Rusia ke Suriah mencapai 300.000 ton sejauh musim ini, menjadikan Suriah pembeli gandum Rusia peringkat ke-24. Sementara itu, total kebutuhan impor gandum Suriah diperkirakan mencapai sekitar 2 juta ton.
Sebagai pemasok utama gandum untuk Suriah, gangguan pasokan dapat memicu kelaparan di negara yang berpenduduk lebih dari 23 juta jiwa. Sumber Reuters menyebutkan bahwa kedua pihak masih berkomunikasi terkait pasokan tersebut.