Dalam dialog tersebut, Bapak Mahyeldi menyampaikan bahwa konferensi akan mengusung tema “Wakaf untuk Pembangunan Berkelanjutan” dan digelar atas kolaborasi Pemprov Sumbar bersama Pondok Modern Darussalam Gontor. Ia menyebutkan bahwa kegiatan tersebut juga sekaligus menjadi momen peringatan 80 tahun Sumatera Barat dan 100 tahun Pondok Pesantren Gontor.
“Konferensi ini juga sekaligus memperingati 80 tahun Sumatera Barat dan 100 tahun Gontor,” ujar Bapak Mahyeldi dalam suasana dialog yang disiarkan langsung dari studio TVRI Sumbar.
Menurutnya, persiapan penyelenggaraan sudah berlangsung sejak enam hingga tujuh bulan lalu melalui serangkaian rapat koordinasi. Pemerintah menargetkan lebih dari seribu peserta, baik dari dalam maupun luar negeri, akan berpartisipasi dalam kegiatan internasional tersebut.
Lebih lanjut, Bapak Mahyeldi menyebut sejumlah tokoh penting yang dijadwalkan hadir, di antaranya mantan Wakil Presiden RI, Ketua MPR RI, Menteri Agama RI, Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI), Ketua BAZNAS, serta para ulama dan akademisi dari Mesir, Maroko, Arab Saudi, Kuwait, hingga Malaysia. Salah satu tokoh yang dinantikan ialah Dr. Amir Bahjat, cucu dari ulama besar Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab.
“Wakaf bukan hanya ibadah, tapi juga solusi nyata untuk membangun umat. Kalau dikelola dengan baik, bisa jadi kekuatan ekonomi dan mengatasi kesenjangan sosial,” tegas Bapak Mahyeldi dalam penyampaiannya.
Ia juga mencontohkan keberhasilan pengelolaan wakaf di Pondok Modern Gontor, yang pada awal berdirinya hanya memiliki lahan seluas 17 hektare, dan kini berkembang menjadi lebih dari 1.700 hektare dengan aset yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk di Sumatera Barat.
Gubernur berharap, konferensi ini dapat menjadi titik tolak menjadikan Sumatera Barat sebagai pusat pengembangan wakaf produktif di Indonesia. Selain konferensi, kegiatan juga akan diisi dengan pelatihan bagi para nazir serta sosialisasi wakaf ke sekolah-sekolah di Sumatera Barat.
“Harapan kita, konferensi ini melahirkan rekomendasi yang bisa dijadikan acuan dalam pengelolaan wakaf, baik di tingkat nasional maupun internasional,” tutup Bapak Mahyeldi.
Sementara itu, dalam dialog yang sama, KH. Anang Rikza Masyhadi menegaskan bahwa wakaf merupakan pilar penting dalam sejarah peradaban Islam. Ia menyampaikan bahwa tidak ada peradaban Islam yang berdiri tanpa peran wakaf di dalamnya.
“Bicara wakaf itu bicara peradaban. Dalam sejarah Islam, semua kemajuan peradaban pasti ada jejak wakafnya. Mulai dari Masjid Quba, Masjid Nabawi, sampai Al-Azhar di Kairo, semuanya berdiri karena wakaf,” jelas KH. Anang.
Menurutnya, wakaf bukan hanya instrumen ibadah, tetapi juga kekuatan sosial untuk pemberdayaan umat dalam sektor pendidikan, kesehatan, sosial, hingga infrastruktur. Ia juga mencontohkan sejarah pendirian Pondok Modern Gontor, yang dimulai oleh tiga bersaudara yatim yang mewakafkan warisan orang tuanya untuk pendidikan.
“Gontor itu contoh nyata bagaimana wakaf melahirkan manusia unggul. Dari manusia lahir lembaga, perusahaan, dan pemimpin yang terus membawa manfaat bagi umat,” ungkapnya.
Sebagai penutup, KH. Anang menegaskan bahwa wakaf adalah investasi peradaban yang manfaatnya dapat dirasakan lintas generasi. Ia mendorong masyarakat untuk berwakaf secara lebih sadar dan terarah, agar potensi wakaf dapat menjadi kekuatan ekonomi umat di masa depan.
Dengan adanya konferensi ini, Pemprov Sumbar berharap lahirnya model pengelolaan wakaf yang lebih profesional, produktif, dan berdampak luas bagi masyarakat, baik di tingkat lokal, nasional, hingga global.
Reporter: Ilvan | Redaksi: Kabasurau.co.id