Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Ads

Ketika Langkah Kehilangan Arah


Oleh: Muhammad Okta Ilvan | kabasurau.co.id

Ada masa ketika langkah terasa berat, arah seolah hilang, dan hati diam dalam kebingungan. Dunia berjalan terlalu cepat, tapi kita masih berdiri di tempat yang sama — menatap tanpa tahu harus melangkah ke mana. Namun di balik kehilangan arah, sesungguhnya ada kasih Allah yang sedang mengajari kita cara pulang.


“Ketika Langkah Kehilangan Arah”

Pernah tidak, kau merasa dunia berjalan terlalu cepat, sementara kamu masih berdiri di tempat yang sama?

Semua orang tampak tahu ke mana mereka menuju, sementara kamu hanya menatap jalan, berharap ada tanda arah yang bisa dimengerti. Rasanya seperti menatap peta yang huruf-hurufnya kabur, tapi tetap memaksa membaca.

Aku pernah... pernah berjalan sejauh ini hanya untuk menemukan diriku di persimpangan yang asing.
Pernah meyakini satu arah sepenuh hati, lalu melihatnya menutup tiba-tiba di depan mata.

Ada saat-saat di mana aku berdiri terlalu lama di depan jalan buntu—bukan karena tak tahu harus ke mana, tapi karena terlalu takut meninggalkan apa yang pernah kuanggap rumah.

Di perjalanan itu, aku belajar bahwa setiap jalan punya caranya sendiri untuk menguji. Dari setiap jalan muncul cabang, dari setiap cabang ada gang, dan dari setiap gang, ada satu ruas yang buntu.

Tapi ternyata, kebuntuan bukan akhir. Ia hanya jeda, tempat aku belajar menenangkan langkah, menata napas, menatap lagi arah yang jelas.

Kini aku tahu, tak semua yang hilang harus ditemukan kembali. Sebab kadang, yang tampak buntu hanyalah cara Tuhan menundukkan langkah, agar hati belajar pasrah dan tangan yang tetap menengadah pada-Nya.


Menemukan Cahaya di Tengah Kabut

Langkah yang kehilangan arah bukan tanda kehancuran, melainkan undangan lembut dari Allah untuk kembali menatap langit.

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ شَرٌّۭ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216)

Terkadang Allah menutup satu pintu agar kita berhenti, diam, dan mendengar. Sebab di balik kebingungan, Dia sedang menyiapkan jalan baru yang lebih sesuai dengan takdir terbaik kita.


Langkah yang Diuji, Hati yang Ditempa

Rasulullah ﷺ bersabda:

Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Barang siapa ridha, maka Allah akan meridhainya; dan barang siapa marah, maka Allah akan murkai.”
(HR. Tirmidzi no. 2396)

Ujian kehilangan arah adalah bentuk kasih sayang. Di situlah Allah menguji: apakah kita akan berputus asa, atau justru menemukan makna di balik setiap kehilangan?


Kisah Nabi Yunus: Arah dari Kegelapan

Nabi Yunus ‘alaihissalam pernah merasa kehilangan arah dan meninggalkan kaumnya. Allah lalu menempatkannya di kegelapan perut ikan, di dasar laut, di tengah malam. Namun dari kegelapan itulah lahir kalimat yang menerangi dunia:

لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَـٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ
“Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Anbiya: 87)

Dari situ kita belajar: bahkan dalam kehilangan arah paling gelap sekalipun, doa yang tulus bisa menjadi cahaya yang menuntun kembali kepada-Nya.


Kisah Sahabat: Umar bin Khattab dan Jalan Cahaya

Suatu hari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berjalan menuju rumah adiknya dalam amarah besar. Ia berniat membunuh Muhammad ﷺ yang dianggap memecah persatuan Quraisy. Tapi di rumah itu, Allah membalikkan hatinya. Ia mendengar lantunan ayat:

طه • مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ
(“Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar engkau celaka.”)
(QS. Thaha: 1–2)

Sekali dengar, hatinya bergetar. Umar menangis, lalu pergi menemui Nabi ﷺ dengan hati yang baru — dan sejak itu, langkah hidupnya menemukan arah sejati.

Dari kisah Umar kita belajar, bahwa arah hidup bisa berubah seketika, asal hati terbuka. Kadang Allah biarkan kita tersesat, hanya agar kita tahu indahnya kembali.


Hikmah Ulama Salaf

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

“Kadang Allah menahan sesuatu darimu bukan untuk menghukummu, tapi untuk menyelamatkanmu. Dan kadang Dia membuatmu tersesat sementara agar kau tahu betapa berharganya hidayah.”

Sedang Hasan Al-Bashri menuturkan:

“Jangan bersedih bila engkau kehilangan arah di dunia, karena jalan menuju Allah tidak membutuhkan peta, hanya butuh hati yang ikhlas.”


Refleksi Kehidupan: Arah dalam Era Cepat

Di zaman serba cepat ini, kehilangan arah menjadi penyakit hati yang paling sunyi. Kita sibuk mengejar, tapi tak tahu apa yang dikejar. Kita berlari dari sepi, padahal justru dalam sepi Allah ingin berbicara.

Setiap kebuntuan adalah waktu untuk berhenti, menarik napas, dan bertanya: apakah langkahku masih menuju Allah, atau hanya mengejar bayangan dunia?

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا • إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5–6)


Arah Sejati Selalu Menuju Allah

Maka jangan takut kehilangan arah. Sebab arah sejati bukan tentang langkah kaki, tapi tentang hati yang masih mengenal Rabb-nya.

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. At-Thalaq: 2–3)

Kebingunganmu hari ini bisa jadi adalah awal dari hidayah. Dan setiap hidayah adalah bentuk cinta. Maka ketika dunia tampak kabur, tetaplah menatap langit — sebab arah terbaik selalu menuju Allah.


Artikel ini pertama kali diterbitkan di www.kabasurau.co.id

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Mari bergabung bersama WA Grup dan Channel Telegram Surau TV, Klik : WA Grup & Telegram Channel

Bottom Post Ads

Copyright © 2025 - Kabasurau.co.id | All Right Reserved