Dalam kunjungan lapangan yang berlangsung pada suasana pengecekan akhir, Bapak Yuliot menegaskan bahwa tujuan kedatangannya adalah memastikan kesiapan fasilitas sebelum diresmikan langsung oleh Presiden. Ia menyebut bahwa peresmian akan diusulkan sesuai kesiapan nyata yang terlihat di lapangan. “Kunjungan kita kali ini untuk melihat kesiapan produksi Kilang Balikpapan yang direncanakan akan diresmikan oleh Bapak Presiden… Peresmian fasilitas oleh Bapak Presiden akan kami usulkan berdasarkan kesiapan yang ada di lapangan,” ujarnya.
Bapak Yuliot menjelaskan bahwa progres penyelesaian proyek kini hanya menyisakan tahapan minor. Ia mengungkapkan bahwa sekitar 1–2 persen pekerjaan masih berupa penyempurnaan detail teknis dan dapat diselesaikan dalam beberapa hari ke depan. “Untuk kesiapan secara fasilitas masih ada penyempurnaan sekitar 1-2%… Yang 1,5% itu adalah detail-detail pekerjaan saja,” ucapnya menegaskan.
Proyek RDMP Balikpapan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi mencapai USD 7,4 miliar atau setara Rp 126 triliun. Proyek ini menjadi investasi terbesar BUMN dalam satu titik dan bertujuan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM. Bapak Yuliot menekankan bahwa fasilitas ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan energi nasional. “Dengan adanya fasilitas ini, kita mendukung visi Bapak Presiden yaitu ketahanan energi… karena seluruh kegiatan ekonomi tidak mungkin tanpa ketersediaan energi,” paparnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Bapak Taufik Aditiyawarman, menjelaskan bahwa sejumlah tahapan penting telah berhasil dilalui KPI untuk memastikan kelancaran operasional proyek. Ia menyampaikan bahwa unit utama pengolahan Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Complex RDMP Balikpapan telah resmi beroperasi sejak 10 November 2025. “RFCC tidak hanya meningkatkan efisiensi dan kualitas produk, tetapi juga memperbesar nilai tambah dari sumber daya alam dalam negeri,” ujarnya.
Bapak Taufik menambahkan bahwa RFCC merupakan mesin utama yang menghasilkan produk dengan standar Euro V. Pengoperasian unit tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, menjadi simbol komitmen KPI dan Pertamina terhadap pembangunan energi yang berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa keberhasilan ini mengukuhkan langkah besar Indonesia menuju kemandirian energi.
Lebih jauh, Bapak Taufik menjelaskan bahwa setelah beroperasi penuh, Kilang Balikpapan tidak hanya memproduksi BBM ramah lingkungan, tetapi juga mengolah residu untuk menghasilkan produk kimia bernilai tinggi seperti propylene dan ethylene. Kedua bahan baku tersebut sangat dibutuhkan industri petrokimia dalam negeri yang selama ini masih bergantung pada impor.
Dengan progres penyelesaian yang hampir mencapai tahap akhir, pemerintah optimistis bahwa kilang modern ini akan menjadi tonggak penting dalam memperkuat industri energi nasional. Peresmian oleh Bapak Presiden Prabowo pada Desember mendatang diharapkan menjadi langkah strategis menuju kemandirian energi Indonesia di masa depan.