Pelaksana Tugas Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sumbar, Bapak AKBP dr. Faisal, menjelaskan bahwa dari total 193 jenazah, sebanyak 161 di antaranya telah berhasil diidentifikasi. Sementara itu, masih terdapat 32 jenazah lainnya yang belum teridentifikasi dan masih dalam tahap pemeriksaan lanjutan. “Dari jumlah tersebut, 161 orang sudah teridentifikasi. Sementara, masih ada 32 orang yang belum teridentifikasi,” ujarnya saat memberikan keterangan di RS Bhayangkara Padang, Selasa (2/12/2025).
Sejak 27 November 2025, Rumah Sakit Bhayangkara Padang menjadi pusat utama penanganan dan penampungan jenazah korban bencana. Dalam periode tersebut, sebanyak 58 kantong jenazah baru diterima oleh tim DVI. Dari jumlah tersebut, 33 jenazah telah teridentifikasi dan telah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan. Bapak Faisal menegaskan bahwa proses identifikasi dilakukan secara cermat sesuai prosedur standar internasional.
Hingga saat ini, masih terdapat 25 jenazah yang belum teridentifikasi dan tersimpan di RS Bhayangkara Padang. Jenazah tersebut terdiri dari 14 laki-laki, 8 perempuan, dan sisanya berupa potongan tubuh yang memerlukan pemeriksaan lebih rinci. “Saat ini, masih ada 25 jenazah yang belum teridentifikasi di RS Bhayangkara. Jenazah ini terdiri dari 14 laki-laki, 8 perempuan, dan sisanya adalah potongan tubuh,” ungkap Bapak Faisal saat meninjau lokasi penyimpanan jenazah.
Tim DVI telah mengambil sampel primer berupa DNA, sidik jari, serta pencocokan ciri fisik lainnya sebagai bahan perbandingan dalam proses identifikasi. Menurut Bapak Faisal, data primer tersebut menjadi kunci utama untuk memastikan identitas korban secara akurat. Ia menambahkan bahwa proses identifikasi membutuhkan kecermatan tinggi mengingat sebagian besar jenazah mengalami kerusakan akibat dampak bencana.
Lebih lanjut, Bapak Faisal mengungkapkan bahwa salah satu kendala utama yang dihadapi tim DVI adalah keterbatasan fasilitas penyimpanan jenazah. Banyak korban dari daerah seperti Agam harus dibawa ke RS Bhayangkara karena minimnya fasilitas pendingin di rumah sakit setempat. “Di RS Bhayangkara hanya punya empat pendingin, RS M. Djamil punya dua, dan Unand punya dua,” jelasnya saat menggambarkan kondisi fasilitas yang terbatas.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, tim DVI telah menerima bantuan satu unit mobil cooler box atau cold storage dari Dinas Pertanian Sumbar. Bantuan ini digunakan untuk menambah kapasitas penyimpanan jenazah yang telah diperiksa namun belum diambil keluarga. Menurut Bapak Faisal, kehadiran cold storage sangat membantu stabilitas penyimpanan jenazah dalam jumlah besar. Ia menegaskan pentingnya fasilitas tersebut agar proses identifikasi dapat berlangsung lebih optimal.
Menutup keterangannya, Bapak Faisal menyatakan bahwa tim DVI akan terus bekerja maksimal hingga seluruh jenazah berhasil teridentifikasi. Ia memastikan bahwa setiap proses dilakukan secara profesional, transparan, dan menghormati hak-hak keluarga korban. Upaya ini diharapkan dapat memberikan kejelasan dan ketenangan bagi keluarga yang masih menanti informasi mengenai anggota keluarga mereka.






