Empat hari setelah hujan mereda, warga masih mengandalkan pengungsian di SMPN 44 Batu Busuk sebagai tempat berlindung. Pada pagi hingga malam hari, para pengungsi berkumpul untuk beristirahat, sementara pada siang hari sebagian dari mereka kembali ke rumah masing-masing untuk memeriksa kondisi bangunan. Mereka berupaya menyelamatkan barang-barang yang tersisa serta memastikan bagian rumah yang masih bisa dipertahankan.
Kerusakan rumah tak hanya terjadi di area yang berdekatan langsung dengan sungai, tetapi juga pada permukiman yang berjarak sekitar 75 meter dari aliran air. Sejumlah rumah hilang terbawa derasnya arus banjir bandang, menyisakan lahan kosong dan bekas pondasi yang kini menjadi penanda tempat hunian mereka dahulu berdiri. Warga tampak hanya mampu memandangi sisa-sisa tanah tersebut, meski perasaan kehilangan sangat jelas terlihat.
Kondisi tersebut turut dialami Bapak Sonni, salah seorang warga Batu Busuk yang rumah dan kedainya hanyut terseret arus. Saat ditemui pada Selasa (2/12/2025) di lokasi bekas rumahnya, Bapak Sonni tampak terduduk bersama istri di atas tanah yang masih menyisakan potongan pondasi. “Habis semuanya. Termasuk kedai yang jadi mata pencarian kami,” ujarnya dengan nada berat saat ditemui di lokasi.
Dalam penuturannya, Bapak Sonni menceritakan bahwa rumah mereka mulai dimasuki air pada Selasa (25/11/2025) malam. Melihat debit air yang semakin naik, ia bersama keluarganya memilih mengungsi ke pondok ladang yang berjarak dua kilometer dari rumah. “Di hari Rabu pagi kami kembali ke rumah untuk membersihkannya. Dan sekalian mengambil baju serta dokumen penting,” katanya menggambarkan suasana kepanikan yang terjadi saat itu.
Istri beliau, Ibuk Diana, turut menjelaskan kronologi rumah mereka terbawa arus pada Kamis (27/11/2025). Dalam keadaan masih mengungsi di pondok ladang, ia mengaku tidak menyangka bahwa rumah mereka akan hilang sepenuhnya. “Ketika itu kami telah mengungsi di pondok ladang, cuma pikiran kami tidak sampai akan terbawa arus,” ungkapnya dengan wajah sendu saat diwawancarai di tempat pengungsian.
Meski kehilangan tempat tinggal dan sumber penghidupan, Bapak Sonni mengaku tetap bersyukur keluarganya selamat dari bencana tersebut. “Alhamdulillah, rumah tidak apa-apa dibawa arus, yang penting kami selamat,” tuturnya menutup percakapan dengan penuh ketegaran.
Hingga kini, proses pendataan, pembersihan material banjir, serta penyaluran bantuan terus dilakukan oleh pemerintah dan relawan di berbagai titik terdampak. Pemerintah memastikan penanganan darurat akan dilanjutkan dengan upaya pemulihan agar masyarakat Batu Busuk dapat kembali bangkit setelah bencana.






