Data dari posko bencana menunjukkan tingginya jumlah warga yang terdampak serta luasnya wilayah yang terisolasi. Longsor yang terjadi sejak Senin (24/11/2025) menutup jalan provinsi Lubuk Basung–Bukittinggi dan memutus akses menuju sejumlah nagari. Kondisi ini menyebabkan suplai makanan dan logistik menjadi sangat terbatas, sementara upaya pembersihan masih terkendala minimnya peralatan dan kebutuhan operasional.
Perwakilan Kelompok Siaga Bencana Pemerintahan Nagari III Koto Silungkang, Bapak Nasril, menyampaikan bahwa saat ini pembersihan material longsor masih berlangsung dengan bantuan kepolisian. Dalam keterangannya pada Selasa (2/12/2025), ia menjelaskan bahwa di wilayahnya saja masih terdapat 17 titik longsor yang belum tertangani. “Di Nagari III Koto Silungkang saja masih ada sekitar 17 titik longsor. Untuk nagari lain saya tidak tahu pasti, tapi kemungkinan ada puluhan titik juga,” ujarnya saat ditemui di lokasi pembersihan.
Namun, Bapak Nasril mengungkapkan bahwa upaya pembersihan menghadapi kendala besar pada biaya operasional alat berat. Alat yang digunakan merupakan pinjaman dari kepolisian, sementara kebutuhan BBM dan konsumsi ditanggung secara mandiri oleh warga. “Sementara untuk konsumsi dan BBM kami tanggung sendiri. Kendalanya sekarang BBM sudah habis,” katanya dalam suasana pembersihan yang berlangsung sepanjang pagi.
Dari Jorong Silungkang, Bapak Basri Budiman melaporkan bahwa masih ada dua jorong yang terisolasi total, yaitu Jorong Silungkang dan Jorong Tamtaman. Warga di dua jorong tersebut tidak dapat keluar karena seluruh akses tertutup longsor. Ia menjelaskan bahwa warga sangat membutuhkan makanan dan bantuan lainnya karena persediaan semakin menipis. “Bantuan kami bawa ke dapur umum untuk diolah menjadi makanan yang dibagikan ke warga,” ujarnya mengenai proses distribusi bantuan yang dibawa dengan berjalan kaki sejauh 5 kilometer dari nagari tetangga.
Selain itu, Bapak Basri menegaskan bahwa sejak diguyur hujan lebat pada akhir November, wilayah Silungkang telah ditetapkan sebagai zona merah longsor. Ia menyatakan bahwa pemerintah nagari telah mengimbau warga untuk mengungsi ke lokasi yang lebih aman. “Warga sudah kami imbau untuk mengungsi karena kondisinya sangat rawan longsor,” katanya.
Dari sisi penanganan pemerintahan, Kapolres Agam, Bapak AKBP Muari, menjelaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten untuk menambah jumlah alat berat. Dalam keterangannya, ia menyebut bahwa selain material longsor, terdapat pula jalan yang terban sehingga membutuhkan pembangunan ulang. “Kendalanya saat ini kekurangan alat berat untuk membuka akses jalan, karena baru tersedia dua unit,” ujarnya dalam sesi wawancara di posko tanggap darurat.
Ia menambahkan bahwa hingga kini belum dapat dipastikan kapan akses jalan menuju lima nagari tersebut dapat kembali dibuka secara normal. Proses pembersihan terus dilakukan, namun situasi di lapangan masih berubah-ubah akibat kondisi tanah yang labil dan curah hujan yang tinggi.
Dengan kondisi yang masih darurat, pemerintah daerah bersama unsur kepolisian dan masyarakat terus berupaya melakukan percepatan penanganan. Warga berharap akses segera pulih sehingga bantuan dapat masuk lebih lancar dan aktivitas masyarakat dapat kembali berjalan seperti sedia kala. Pemerintah memastikan koordinasi lintas sektor akan terus diperkuat demi memp






