Kabasurau.co.id: Surakarta – Dinamika internal Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kembali berada pada titik panas setelah penobatan PB XIV dilakukan secara mendadak dalam sebuah pertemuan resmi. Pertemuan yang awalnya dirancang untuk membahas persiapan Jumenengan Dalem Nata Binayangkare SISKS Paku Buwono XIV pada Sabtu (18/11/2025), justru berakhir ricuh pada Kamis (13/11/2025). Para sentana dan kerabat yang hadir terbelah, hingga terjadi aksi walkout oleh beberapa pihak.
Pertemuan tersebut digelar di Sasana Handrawina dan dihadiri putra-putra PB XII serta PB XIII, termasuk Maha Menteri Bapak Kanjeng Gusti Panembahan Agung Tedjowulan, Ibuk GKR Wandansari Koes Moertiyah (Gusti Moeng), Bapak KGPH Puger, Bapak KGPH Hadikusumo, Bapak KGPH Hangabehi, Bapak GPH Surya Wicaksono, Ibuk GKR Ayu, serta sejumlah sentana lainnya. Namun, tidak tampak kehadiran Bapak KGPH Dipokusumo dan kelompok calon PB XIV lain yang selama ini juga berkonflik. Ketidakhadiran mereka mempertegas adanya perbedaan arah dukungan di tubuh keraton.
Suasana pertemuan berubah drastis ketika Bapak KGPH Hangabehi, salah satu putra PB XIII, tiba-tiba dilantik sebagai Pangeran Patih atau calon raja. Pelantikan tersebut kemudian dilanjutkan dengan penobatan dirinya sebagai PB XIV di hadapan para kerabat dan sesepuh keraton. Aksi ini memicu kegemparan karena dianggap dilakukan tanpa kesepakatan bersama dan berlangsung sangat cepat.
Peristiwa dramatis itu dikonfirmasi oleh Bapak GPH Suryo Wicaksono, atau yang dikenal sebagai Gusti Ninok, yang turut hadir namun memilih meninggalkan ruangan usai keributan. Ia ditemui para wartawan pada Kamis (13/11/2025) setelah pertemuan, dan menjelaskan bahwa kedatangannya adalah untuk mengikuti rapat resmi yang diselenggarakan Bapak Panembahan Agung Tedjowulan. “Hari ini saya mengikuti rapat yang diselenggarakan oleh Panembahan Agung Tedjowulan, selaku person yang mendapat amanah dari pemerintah berdasarkan surat dari Kemenbud pada 10 November 2025,” ujarnya.
Gusti Ninok menuturkan, agenda rapat awalnya berlangsung tertib, diawali pembacaan surat dari Kementerian Kebudayaan oleh Ibuk Gusti Moeng. Menurutnya, pembacaan surat tersebut menjadi dasar diskusi mengenai persiapan jumenengan PB XIV. “Jadi dalam rapat tersebut, pertama adalah agendanya pembacaan surat dari Kemenbud tanggal 10 November 2025 oleh Ibuk Gusti Wandansari. Kemudian yang kedua pembacaan penjelasan terkait surat tersebut,” jelasnya.
Namun sekitar 15 menit setelah pembacaan surat, agenda berubah seketika dengan dilantiknya Bapak KGPH Hangabehi sebagai Pangeran Patih dan sekaligus dinobatkan sebagai PB XIV. Prosesi yang dilakukan secara tiba-tiba itu membuat suasana ruangan berubah panas. “Sekitar 15 menit kemudian sekaligus dilakukan penobatan PB XIV yang disaksikan oleh para sentono dan kerabat PB XII maupun para sesepuh keraton,” ungkapnya.
Kericuhan semakin meningkat ketika Ibuk GKR Timoer Rumbay Kusuma Dewayani bersama adik-adiknya memasuki Sasana Handrawina dan memprotes penobatan tersebut. Menurut Gusti Ninok, mereka menyebut penobatan itu bertentangan dengan komunikasi internal yang sebelumnya telah disepakati. “Mereka mengatakan bahwa acara ini bertentangan dengan komunikasi internal mereka sebelumnya. Saat ini masih terjadi perdebatan antara Ibuk Gusti Rumbay dan Ibuk Gusti Moeng,” terangnya.
Gusti Ninok juga menegaskan bahwa Ibuk GKR Timoer tidak hadir pada awal pertemuan dan baru muncul setelah prosesi penobatan dilakukan. Ia menambahkan bahwa kehadiran mendadak tersebut memperkeruh suasana. “Dari awal Ibuk Gusti Timoer belum hadir, baru setelah dinobatkan beliau masuk dan memprotes. Itu beberapa orang ikut bersama beliau, namun Bapak Gusti Purboyo tidak hadir,” paparnya.
Melihat situasi yang semakin memanas, Gusti Ninok memilih mengambil langkah tegas dengan meninggalkan pertemuan. Ia menilai kondisi sudah tidak kondusif dan tidak lagi sesuai dengan tujuan awal rapat. “Untuk itu saya mengundurkan diri dulu,” tegasnya.
Penobatan mendadak ini diperkirakan akan kembali mengguncang dinamika suksesi Keraton Surakarta yang sudah berlarut-larut selama bertahun-tahun. Konflik internal diprediksi akan memasuki babak baru seiring munculnya klaim baru terhadap tahta PB XIV yang kini semakin memecah pihak internal keraton. Pemerhati budaya dan sejarah Jawa diharapkan dapat turut memantau perkembangan situasi demi menjaga keberlanjutan tradisi keraton secara bermartabat.






