Dalam sambutannya, Bapak Budi Santoso menegaskan pentingnya hilirisasi industri gambir sebagai upaya meningkatkan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Ia menilai ketergantungan terhadap satu pasar, yakni India, membuat komoditas gambir belum mendapatkan nilai yang ideal. “Gambir ini memiliki potensi besar jika diolah. Kita ingin ke depan gambir bisa seperti ginseng bagi Indonesia,” ujar Bapak Budi dalam kegiatan pelepasan ekspor tersebut.
Lebih lanjut, Bapak Budi memaparkan perkembangan ekspor nasional yang menunjukkan tren positif sepanjang tahun berjalan. Ia menyebut nilai ekspor Indonesia mencapai 209 miliar dolar AS hingga September, tumbuh 8,14 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada saat yang sama, ekspor sektor UMKM tumbuh 48,1 persen meskipun kontribusinya baru mencapai 4,69 persen. Ia menambahkan, Kementerian Perdagangan terus memperkuat program UMKM Bisa Ekspor yang telah memfasilitasi lebih dari seribu UMKM dengan nilai transaksi mencapai 130 juta dolar AS.
Sementara itu, Gubernur Sumatera Barat, Bapak Mahyeldi Ansharullah, menyampaikan bahwa Sumbar merupakan sentra utama gambir dunia dengan tingkat produksi mencapai 25.818 ton pada tahun 2024. Ia menegaskan bahwa komoditas tersebut menyuplai sekitar 80 persen kebutuhan global. “Alhamdulillah, Sumbar menyuplai sekitar 80 persen kebutuhan dunia. Namun ekspor kita masih sangat bergantung pada satu negara. Karena itu, kami berharap dukungan Kemendag untuk penguatan tata niaga dan perluasan pasar,” kata Bapak Mahyeldi dalam kesempatan itu.
Dalam penjelasannya, Bapak Mahyeldi juga menyoroti tantangan distribusi ekspor melalui Pelabuhan Teluk Bayur yang dinilainya belum optimal melayani komoditas non-CPO. Ia menyampaikan komitmen Pemerintah Provinsi Sumbar untuk mendorong hilirisasi gambir, termasuk pengembangan produk olahan seperti sabun dan kopi gambir yang mulai dirintis oleh sejumlah pelaku industri lokal. Pemerintah daerah, lanjutnya, akan terus memberikan dukungan terhadap inovasi produk dan penguatan daya saing ekspor.
Pimpinan PT Salimbado Jaya Indonesia, Bapak Sepdi Tito, menjelaskan bahwa produksi gambir Sumatera Barat berada pada kisaran 16.000 hingga 20.000 ton per tahun. Ia menyebut persaingan dengan katekin dari kulit mente serta peningkatan pemurnian domestik telah menekan pasar gambir mentah dalam beberapa tahun terakhir. Oleh sebab itu, menurutnya, pengembangan produk turunan gambir menjadi kebutuhan mendesak agar daya saing komoditas tetap terjaga di pasar global.
Kegiatan pelepasan ekspor ditutup dengan harapan bersama bahwa hilirisasi dan perluasan pasar akan membuka babak baru bagi gambir Sumatera Barat sebagai komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi di tingkat internasional.






