Kabasurau.co.id: Jakarta — Sejumlah media internasional menyoroti bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Sumatra, yang hingga kini masih menyisakan dampak luas dan korban jiwa dalam jumlah besar. Mulai dari kantor berita Prancis AFP, media Jerman DW, hingga The New York Times dari Amerika Serikat turut menyoroti situasi darurat yang dihadapi Indonesia. Perhatian global tersebut mencerminkan betapa seriusnya skala bencana yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
AFP dalam laporannya menggambarkan bagaimana akses menuju wilayah terdampak masih sulit dijangkau oleh para pejabat dan tim penyelamat. Laman tersebut menyoroti rasa frustrasi para penyintas terhadap lambannya proses evakuasi dan distribusi bantuan. Dalam artikel berjudul “Frustration in Indonesia as flood survivors await aid”, AFP mengutip pernyataan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengenai jumlah korban. “Di Indonesia, 770 orang dipastikan meninggal dunia… sebanyak 463 orang lainnya hilang,” tulis AFP dalam laporannya pada Kamis (4/12/2025), menggambarkan suasana informasi yang masih minim akibat wilayah yang terisolasi dan terganggu jaringan listrik serta komunikasi.
Dalam paragraf lain, AFP menambahkan bahwa tantangan yang dihadapi Indonesia kali ini disebut hampir belum pernah terjadi sebelumnya. Laporan itu menegaskan bahwa skala kerusakan mengakibatkan banyak desa tidak dapat dijangkau, membuat tim kemanusiaan harus bekerja dalam kondisi terbatas. Hingga kini, sejumlah titik lokasi masih dilaporkan terputus total akibat kerusakan jalan dan longsor susulan.
Media Jerman DW juga menyoroti persoalan penyaluran bantuan yang dinilai terhambat oleh infrastruktur rusak. Dalam video berjudul “Indonesia flood crisis: Delayed disaster status draws anger”, DW menggambarkan kondisi penyintas yang kesulitan mengakses bantuan dasar. Media tersebut melaporkan bahwa “kelangkaan makanan, bahan bakar, dan air bersih telah meluas,” menggambarkan suasana antrean panjang di SPBU dan laporan penjarahan yang mulai muncul di beberapa wilayah.
DW juga mengutip pandangan ahli iklim yang menyatakan bahwa peningkatan suhu global telah memicu intensitas curah hujan ekstrem. Para ahli menegaskan bahwa pola cuaca ini menjadi salah satu penyebab banjir dahsyat yang melanda Sumatra secara beruntun setelah siklon tropis terbentuk di wilayah Asia Tenggara. Peringatan tersebut kembali menyoroti perlunya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana secara holistik di Indonesia.
Sementara itu, The New York Times menampilkan laporan mendalam terkait bagaimana banjir bandang mengakibatkan tumpukan kayu gelondongan menghantam permukiman warga. Dalam artikelnya, media Amerika tersebut menjelaskan bahwa kayu-kayu tersebut menghancurkan ratusan rumah di Provinsi Sumatera Utara. “Ke mana pun Anda memandang — kiri dan kanan di sepanjang jalan — terdapat tumpukan kayu,” tulis NYT seraya mengutip pernyataan seorang relawan penyelamat dalam suasana pencarian korban yang masih berlangsung.
NYT juga melaporkan bahwa Siklon Senyar menjadi pemicu hujan ekstrem selama berhari-hari. Dalam laporannya, disebutkan bahwa banjir dan longsor telah menewaskan sedikitnya 800 orang di tiga negara Asia Tenggara. Ratusan ribu warga Indonesia dilaporkan mengungsi akibat permukiman mereka tersapu air bah dan puing-puing berbahan kayu yang berukuran besar.
Sorotan luas dari media internasional ini menjadi cerminan bahwa bencana di Sumatra telah menjadi perhatian dunia. Pemerintah Indonesia bersama lembaga kemanusiaan terus melanjutkan upaya penanganan darurat di berbagai titik terdampak. Pemulihan jangka panjang diperkirakan akan membutuhkan waktu, mengingat skala kerusakan yang signifikan dan jumlah korban yang masih bertambah.






