Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Ads

Tulang Rusuk yang Patah: Luka Perempuan dalam Cahaya Al-Qur’an dan Sunnah


Seharusnya kamu tahu, bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Kamu sengaja mematahkannya?

Dalam hadits shahih, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk. Artinya, wanita memiliki sifat yang lembut namun juga rapuh, perlu dipahami dengan kasih sayang, bukan dipaksa dengan kekerasan. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa makna “bengkok” bukanlah cela, melainkan peringatan agar lelaki memperlakukan mereka dengan sabar, karena jika dipaksa keras, akan hancur; jika diabaikan, akan rusak. Jalan tengahnya adalah kelembutan dan rahmah.


Aku menulis ini dengan tulang rusuk yang patah, setiap patahan menembus daging hatiku, merambat ke seluruh tubuh, menahan napas yang tercekat, membakar malam dan merobek setiap inci jiwa yang dalam.

Setiap luka batin adalah ujian. Allah ﷻ berfirman:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5–6)

Ibnu Katsir menafsirkan: tidaklah ada satu kesulitan, kecuali Allah sediakan dua kemudahan yang mengiringinya. Maka, patahnya hati seorang hamba bukanlah akhir, tapi pintu menuju kelapangan.


Kau hadir dengan kata yang manis, dengan dusta yang menusuk lebih tajam daripada ribuan tusukan pedang yang bersarang di dada seorang perempuan.

Hatiku bergetar seperti organ yang hancur, menahan pedih yang tak pernah kuduga akan ada. Aku menangis dalam diam. Aku berdiri, aku menatap, aku menahan—tapi doa tetap kuikat di bibir dan hati, menyerahkan serpihan patah ini kepada-Nya yang Maha Menyembuhkan.

Ibnul Qayyim berkata: “Allah menguji hati hamba dengan luka agar ia tahu bahwa tempat kembali yang sejati hanyalah kepada Allah, bukan kepada makhluk.”
Di sini letak rahasia iman: manusia mungkin mengkhianati, tetapi Allah tidak pernah meninggalkan.


Embun menetes di jendela, meniru air mata yang tak sempat jatuh, sementara bayanganmu membelit setiap celah rusuk yang patah, menyalakan nyeri yang dulu kuanggap tak mungkin ada, menekuk kepercayaan yang pernah kukira teguh. Aku belajar menata diri dari kepedihan, menapak jalan patah yang penuh serpihan luka, meyakini setiap ujian adalah titipan hikmah dari-Nya.

Contoh nyata ada pada Ummu Salamah رضي الله عنها. Ketika Abu Salamah wafat, ia merasa patah dan hancur. Namun Rasulullah ﷺ mengajarkannya doa:
«اللَّهُمَّ أَجِرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَاخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا»
“Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku dan gantikan untukku yang lebih baik.” (HR. Muslim)

Allah pun mengganti kesedihannya dengan kedudukan mulia: menjadi istri Rasulullah ﷺ. Inilah bukti bahwa setiap patah bisa menjadi pintu kemuliaan jika diserahkan kepada Allah.


Tulang rusuk ini mungkin patah, tapi aku tetap berjalan. Hatiku belajar bahwa hanya Allah yang dapat menata patahan, menyembuhkan yang hancur, dan menuntun langkahku kembali ke cahaya.

Allah berfirman:
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.’” (QS. Al-Baqarah: 155–156)

Para ulama salaf menekankan: kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un adalah kunci ketenangan hati. Dengan itu, patahan hati menjadi cahaya yang menuntun seorang hamba kembali ke Rabb-nya.


Meski kau tak melihat, aku berdiri, menutup luka dengan sabar dan doa, menyerahkan sepenuhnya hati yang rapuh kepada-Nya. Di sini aku—masih hidup, tetap teguh, dan lebih kuat dari patahan yang kau tinggalkan.

Kekuatan seorang mukmin bukan berarti tanpa luka, melainkan mampu bangkit dari luka dengan iman. Hasan Al-Bashri berkata: “Seorang hamba tidak akan merasakan manisnya iman hingga ia meyakini bahwa segala musibah yang menimpanya adalah pilihan terbaik Allah baginya.”

Patah hati bukan akhir dari perjalanan. Justru di situlah Allah ﷻ mengajarkan arti sabar, ridha, dan tawakal. Setiap patahan adalah jalan untuk kembali, setiap luka adalah ketukan agar kita pulang.

Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ، وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ»
“Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus sebagian dosa-dosanya dengan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, jangan pernah mengira patah itu sia-sia. Ia adalah cara Allah membersihkan hati, menghapus dosa, dan mempersiapkan kita untuk sesuatu yang lebih baik.

Wahai hati yang patah, tetaplah berjalan. Jadikan sabar sebagai pakaian, doa sebagai teman perjalanan, dan Allah sebagai tujuan. Karena sesungguhnya, cahaya akan selalu lahir dari gelapnya luka.


Artikel ini pertama kali diterbitkan di www.kabasurau.co.id

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Mari bergabung bersama WA Grup dan Channel Telegram Surau TV, Klik : WA Grup & Telegram Channel

Bottom Post Ads

Copyright © 2025 - Kabasurau.co.id | All Right Reserved