Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Ads

Diplomasi Indonesia Makin Tegas: Menjaga Keseimbangan antara Dua Korea di Tengah Dinamika Global


Kabasurau.co.id: Jakarta — Diplomasi Indonesia kini memasuki fase yang lebih tegas dan berani. Pemerintah Indonesia menunjukkan komitmennya untuk menjaga keseimbangan hubungan antara dua kekuatan yang saling berseberangan, yakni Korea Utara dan Korea Selatan, tanpa berpihak pada salah satu pihak. Hal ini tampak jelas melalui kunjungan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia ke Pyongyang pada 11 Oktober 2025, yang bertepatan dengan peringatan 80 tahun Partai Pekerja Korea Utara dan 80 tahun Hari Tentara Nasional Indonesia.


Langkah Diplomasi yang Berani dan Berhitung
Kunjungan diplomatik ke Pyongyang menandai babak baru dalam pendekatan “politik luar negeri bebas aktif” Indonesia. Pemerintah Indonesia berupaya memperkuat dialog dengan Korea Utara tanpa mengorbankan hubungan strategis yang telah lama terjalin dengan Korea Selatan. “Indonesia ingin menjadi jembatan dialog dan menjaga kestabilan kawasan Asia Timur,” ujar Bapak Geo Dzakwan Arshali, peneliti hubungan internasional dari Universiti Utara Malaysia, dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (27/10/2025).

Meski demikian, langkah ini memunculkan kekhawatiran di Seoul, terutama terkait proyek pesawat tempur KF-21 Boramae, yang dikembangkan bersama antara Indonesia dan Korea Selatan. Pihak Seoul khawatir bahwa pendekatan diplomatik Indonesia ke Pyongyang dapat berimplikasi pada keamanan dan kepercayaan strategis kedua negara.


Hubungan Panjang dengan Korea Utara dan Korea Selatan
Sejak masa Perang Dingin, Indonesia dan Korea Utara telah menjalin hubungan diplomatik yang stabil. Hubungan ini dibuka pada tahun 1964 sebagai bagian dari kebijakan non-blok Indonesia. Setelah sempat tertutup selama pandemi, Kedutaan Besar Indonesia di Pyongyang resmi dibuka kembali pada Juli 2025, sementara Kedutaan Besar Korea Utara tetap aktif di Jakarta.

Meski hubungan politik tetap hangat, nilai perdagangan antara kedua negara tergolong kecil. Data resmi menunjukkan penurunan dari 2,3 juta dolar AS pada Januari–Agustus 2024 menjadi 2,1 juta dolar AS pada periode yang sama tahun 2025. Indonesia menegaskan bahwa kerja sama ini lebih bersifat simbolik untuk menjaga jalur diplomasi tetap terbuka.

Sebaliknya, hubungan dengan Korea Selatan berkembang pesat sejak kedua negara menjalin kemitraan strategis pada tahun 2006 yang kemudian ditingkatkan menjadi “Kemitraan Strategis Khusus” pada tahun 2017. “Indonesia dan Korea Selatan telah menjadi mitra sejajar dalam kerja sama pertahanan, ekonomi, serta inovasi teknologi,” ungkap Bapak Geo Dzakwan.


Isu KF-21 dan Kekhawatiran Keamanan Seoul
Proyek pesawat tempur KF-21 Boramae menjadi simbol kerja sama pertahanan strategis Indonesia dan Korea Selatan. Jakarta semula berkomitmen untuk membiayai sekitar 20 persen dari total anggaran proyek sebesar 8,1 triliun won, dengan imbalan 48 unit pesawat serta alih teknologi. Namun, beberapa kali keterlambatan pembayaran menyebabkan renegosiasi, yang berujung pada penurunan kontribusi Indonesia.

“Perlambatan pembayaran sempat menurunkan tingkat kepercayaan Seoul terhadap komitmen Jakarta,” tutur Bapak Geo Dzakwan menjelaskan. Ia menambahkan, kekhawatiran Korea Selatan meningkat setelah Indonesia menjalin kembali kerja sama formal dengan Pyongyang melalui nota kesepahaman (MoU) tentang konsultasi bilateral di bidang politik, sosial budaya, teknis, dan olahraga.

Namun, Kementerian Pertahanan Korea Selatan memastikan bahwa seluruh data sensitif terkait KF-21 tetap aman di bawah perjanjian keamanan bersama. Meski demikian, Seoul disebut akan lebih berhati-hati dalam berbagi teknologi strategis kepada Jakarta ke depan.


Peluang Indonesia dan ASEAN sebagai Mediator
Di tengah dinamika Semenanjung Korea, muncul spekulasi bahwa Indonesia dapat berperan sebagai mediator antara Pyongyang dan Seoul. Walaupun peluang tersebut belum besar, Indonesia dinilai memiliki modal diplomasi kuat melalui posisinya sebagai pemimpin de facto di ASEAN.

“ASEAN bisa menjadi wadah dialog bagi kedua Korea. Indonesia memiliki peluang untuk memfasilitasi pertemuan tingkat kawasan melalui forum seperti ASEAN Regional Forum (ARF),” jelas Bapak Geo Dzakwan. Menurutnya, langkah ini dapat membuka jalan menuju pertemuan ASEAN–Koreas Summit di masa mendatang.

Namun, sebagian besar negara ASEAN tetap berhati-hati. Dalam KTT ASEAN November 2024, blok Asia Tenggara menyatakan “keprihatinan mendalam” terhadap uji coba rudal Korea Utara dan menyerukan kepatuhan terhadap resolusi PBB. Meski demikian, negara seperti Vietnam dan Laos terus menjalin komunikasi politik dengan Pyongyang, sementara Thailand dan Singapura memperingati 50 tahun hubungan diplomatik dengan Korea Utara pada 2025.


Meneguhkan Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Langkah Indonesia untuk menjalin komunikasi dengan kedua Korea bukanlah bentuk keberpihakan, melainkan cerminan dari politik luar negeri bebas aktif yang telah lama menjadi fondasi diplomasi nasional. “Indonesia tidak berpihak, tetapi berperan,” tegas Bapak Geo Dzakwan dengan nada optimistis.

Pemerintah Indonesia juga tengah memperkuat modernisasi pertahanan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang menampilkan tekad kuat melalui pameran militer nasional dengan menonjolkan kapal selam nirawak KSOT-008 sebagai simbol kemajuan industri pertahanan domestik.

Dengan pendekatan yang berhati-hati dan transparan, Indonesia diyakini mampu menjaga kepercayaan Seoul sekaligus memperkuat komunikasi dengan Pyongyang, tanpa melanggar batas-batas diplomatik yang diatur oleh PBB dan ASEAN.


Penutup: Diplomasi Keseimbangan Menuju Perdamaian Kawasan
Diplomasi Indonesia kini berdiri di tengah persimpangan strategis antara dua Korea yang berseteru. Namun, di balik kompleksitas tersebut, Indonesia tetap berupaya menjadi penjaga stabilitas dan jembatan komunikasi di kawasan Asia Timur.

Sebagaimana ditegaskan Bapak Geo Dzakwan, “Kekuatan diplomasi Indonesia bukan terletak pada keberpihakan, tetapi pada kemampuannya menjaga dialog tetap hidup.” Dengan prinsip bebas aktif yang terus dijaga, Indonesia diharapkan dapat memainkan peran konstruktif demi terciptanya perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea serta kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Mari bergabung bersama WA Grup dan Channel Telegram Surau TV, Klik : WA Grup & Telegram Channel

Bottom Post Ads

Copyright © 2025 - Kabasurau.co.id | All Right Reserved