Ada masa ketika manusia terdiam di tengah gemuruh dunia. Layar ponsel menyala, rutinitas berjalan, tapi hati terasa hampa.
Lupa Menghitung Nikmat, Sibuk Menghitung Dunia
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.Sungguh, manusia itu benar-benar sangat zalim dan sangat ingkar (nikmat Allah).”(QS. Ibrahim: 34)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim:
النِّعَمُ مِنَ اللهِ كَثِيرَةٌ لَا تُحْصَى، وَمَنْ سَعَى فِي عَدِّهَا أَعْيَاهُ الْعَدُّ قَبْلَ أَنْ يَبْلُغَ آخِرَهَا“Nikmat Allah begitu banyak tak terhitung, siapa yang mencoba menghitungnya, niscaya ia akan letih sebelum sampai pada akhirnya.”
Nikmat yang Tak Selalu Berwujud Manis
وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ شَرٌّۭ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu.Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”(QS. Al-Baqarah: 216)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam Madarij as-Salikin:
إِذَا مَنَعَ اللهُ عَنْكَ مَا تَهْوَى، فَلَا تَحْزَنْ، فَلَعَلَّهُ مَنَعَكَ لِيُعْطِيَكَ، أَوِ ابْتَلَاكَ لِيُصْفِيكَ“Jika Allah menahan sesuatu yang engkau cintai, jangan bersedih. Bisa jadi Dia menahannya untuk memberimu yang lebih baik, atau mengujimu untuk menyucikanmu.”
Hadis: Syukur di Tengah Segala Keadaan
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya adalah kebaikan baginya.Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur — maka itu baik baginya.Jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar — maka itu pun baik baginya.”(HR. Muslim, no. 2999)
Pandangan Ulama Salaf: Syukur Lebih Berat dari Sabar
Sebagian ulama salaf berkata:
الشُّكْرُ عَلَى النِّعْمَةِ أَصْعَبُ مِنَ الصَّبْرِ عَلَى الْبَلِيَّةِ“Bersyukur atas nikmat lebih berat daripada bersabar atas musibah.”
Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah pernah berkata:
كُلَّمَا أَصْبَحْتَ فَتَذَكَّرْ أَنَّ اللهَ أَبْقَاكَ لِتَتُوبَ، فَذَلِكَ نِعْمَةٌ عَظِيمَةٌ“Setiap kali engkau terbangun di pagi hari, sadarlah bahwa Allah masih memberimu kesempatan untuk bertaubat — dan itu nikmat yang amat besar.”
Kisah Umar bin Khattab: Empat Nikmat di Balik Musibah
Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata:
مَا أُصِيبَ عَبْدٌ بِمُصِيبَةٍ إِلَّا وَجَدَ فِيهَا ثَلَاثَ نِعَمٍ: أَنَّهَا لَمْ تَكُنْ فِي دِينِهِ، وَأَنَّهَا لَمْ تَكُنْ أَعْظَمَ مِمَّا كَانَتْ، وَأَنَّ اللَّهَ يُؤْجِرُهُ عَلَيْهَا إِنْ صَبَرَ“Tidaklah seorang hamba tertimpa musibah, melainkan ia akan menemukan tiga nikmat di dalamnya: musibah itu tidak menimpa agamanya, tidak lebih besar dari yang seharusnya, dan Allah menjanjikan pahala jika ia bersabar.”
Beginilah para salaf memandang dunia — bukan dengan keluh, tapi dengan pandangan syukur.
Menghitung dengan Hati, Bukan dengan Angka
Ketika seseorang menulis,
“Sedang menghitung nikmat Allah yang gagal aku fahami ”,itu bukan tanda kelemahan — melainkan tanda kesadaran.Kesadaran bahwa manusia terlalu kecil untuk memahami seluruh cinta Allah,namun cukup besar untuk bersyukur atas setiap detiknya.
Mulailah menghitung bukan dengan jari, tapi dengan hati:
-
Satu untuk napas yang belum berhenti,
-
Satu untuk iman yang masih bertahan,
-
Satu untuk kesempatan taubat yang terus dibuka oleh-Nya.
Penutup: Ketika Hati Belajar Memahami Nikmat
Allah berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan:Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,tetapi jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. Ibrahim: 7)
Artikel ini pertama kali diterbitkan di www.kabasurau.co.id






